JAKARTA--PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk membukukan permintaan obligasi II/2012 sekitar Rp400 miliar atau kelebihan permintaan (oversubscribed) 1,3 kali dari target penerbitan sebesar Rp300 miliar.
Informasi tersebut diungkapkan oleh dua orang pelaku pasar yang mengetahui langsung transaksi itu kepada Bisnis, Senin (10/12).
Salah seorang sumber itu mengungkapkan dengan hasil penawaran awal (bookbuilding) tersebut, perseroan menetapkan kupon sebesar 8,1% untuk seri A tenor 3 tahun dan 8,4% untuk seri B tenor 5 tahun.
"Total penerbitannya Rp100 miliar untuk seri A dan Rp200 miliar untuk seri B," ungkapnya.
Sebelumnya, operator taman hiburan impian Jaya Ancol itu menawarkan kupon obligasi pada kisaran 7,5%-8,7%. Tingkat kupon seri A ditawarkan pada kisaran 7,5%-8,4% dan kupon seri B ditawarkan pada kisaran 7,75%-8,7%.
Sumber Bisnis lainnya mengungkapkan surat utang yang mendapatkan peringkat idAA- dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) itu semuanya diserap oleh investor lokal.
"Lokal semua yang menyerap, beberapa ada perorangan [ritel] selain institusi," ungkapnya.
Dalam emisi kali ini, perseroan dibantu oleh PT Mandiri Sekuritas dan PT Indopremier Securities selaku penjamin pelaksana emisi dan PT Bank Permata Tbk selaku wali amanat.
Perseroan telah menggelar masa penawaran awal (bookbuilding) pada 26 November 2012-7 Desember 2012 dan menargetkan dapat memeroleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK pada 17 Desember 2012 dengan target masa penawaran pada 19-20 Desember 2012.
Direktur Utama Jaya Ancol Budi Karya Sumadi sebelumnya mengatakan sebesar Rp100 miliar dari hasil emisi tersebut akan digunakan untuk penyertaan modal di Dufan. Sementara itu, sisanya akan digunakan untuk mendanai sebagian biaya pembangunan Coastavila yang terletak di kawasan Ancol bagian timur.
"Investasi Coastavila tahun ini sudah Rp100 miliar. Tahun depan karena ada pembanguna lanjutan, nanti nambah lagi Rp200 miliar," katanya.
Dia menambahkan saat ini perseroan memiliki tiga proyek properti besar yang sedang dikerjakan yaitu proyek Coastavila, hotel, dan apertemen berbiaya murah.
"Tiga proyek properti ini membutuhkan investasi di kisaran Rp300 miliar-Rp500 miliar," ujarnya.
Secara umum, menurutnya, investasi perseroan dianggarkan sebesar Rp700 miliar yang mana dari anggaran tersebut dibagi rata baik untuk proyek properti maupun rekreasi. Sejauh ini, lanjutnya, rekreasi memang masih mendominasi sumbangan pendapatan perseroan hingga 70%, sementara dari properti baru 30%.
"Tetapi tahun depan properti kami mulai banyak pembangunan, tentu akan menyumbang lebih besar untuk pendapatan," terangnya.
Hingga akhir tahun ini, perseroan menargetkan perolehan pendapatan sebesar Rp1,1 triliun dan Rp170 miliar untuk laba bersih. Adapun tahun depan, perseroan menargetkan perolehan pendapatan sebesar Rp1,3 triliun dan laba bersih Rp190 miliar.
(faa)