JAKARTA--Kepemilikan asing pada obligasi korporasi per Oktober 2012 mencatatkan rekor baru dengan menembus level Rp10,69 triliun, tertinggi sejak Agustus 2011.
Bahkan hingga akhir tahun ini, jumlah kepemilikan asing diproyeksikan bisa menembus Rp12 triliun-Rp15 triliun.
Berdasarkan data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), jumlah kepemilikan asing pada Oktober naik 12,33% dari posisi September yang hanya Rp9,52 triliun.
Secara keseluruhan, nilai total outstanding obligasi korporasi pada periode tersebut juga tercatat naik 37,99% menjadi Rp179,68 triliun dari posisi September 2012 sebesar Rp173,11 triliun. Dari jumlah tersebut, porsi kepemilikan asing pada Oktober tercatat 5,96% dari posisi bulan sebelumnya 5,05%.
Head of Equity Investment CIMB Principal Asset Management Fadlul Imansyah menilai meningkatnya kepemilikan asing pada obligasi korporasi disebabkan oleh pergerakan yield obligasi pemerintah (surat utang negara/SUN) yang sudah relatif rendah.
"Maka untuk dapat istilahnya 'yield pick-up', corporate bond jadi pilihan berikutnya bagi investor asing. Jika SUN tenor 10 tahun yield-nya di atas 5% sementara obligasi korporasi untuk higest rating bisa 7%-8%," katanya kepada Bisnis, Senin (19/11).
Di luar faktor itu, jelasnya, secara fundamental instrumen surat utang Indonesia masih sangat menarik di mata investor asing dibandingkan dengan obligasi negara tetangga. "Obligasi pemerintah Indonesia dengan rating BBB- masih sangat menarik dibandingkan dengan Philipina yang ratingnya BB+. Sementara itu Thailand dengan rating BBB+, yieldnya hampir sama dengan Malaysia yaitu pada kisaran 3%," jelasnya.
Adapun dibandingkan dengan negara maju seperti Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang, sambung Fadlul, obligasi Indonesia juga masih cukup menarik. "Meski rating Eropa masih sama dengan Thailand tapi faktor risikonya membuatnya kurang menarik. Sementara itu, AS dan Jepang yieldnya terlalu kecil. Jadi nggak heran jika investor global tertarik masuk di obligasi Indonesia," tuturnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Analis obligasi PT Trimegah Securities Herdi Ranu Wibowo. Dia melihat kondisi makroekonomi Indonesia yang relatif stabil dibandingkan dengan negara-negara lain, mendorong investor asing masuk ke portofolio obligasi korporasi di Indonesia.
"Status investment grade yang telah diberikan oleh lembaga pemeringkat internasional minus S&P telah mendorong investor asing masuk ke obligasi korporasi domestik," katanya.
Menurutnya, jika pada tahun depan S&P bisa memberikan status investment grade kepada Indonesia, jumlah kepemilikan asing di obligasi korporasi akan meningkat pesat. "Sampai akhir tahun ini saya perkirakan trennya akan naik yaitu pada kisaran Rp12 triliun-Rp15 triliun," ujarnya.
Analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Fakhrul Aufa mengatakan spread yield antara obligasi korporasi dan SUN saat ini berkisar 208 basis poin-842 basis poin tergantung ratingnya. "Untuk rating terbaik yaitu AAA, spreadnya berada di kisaran 185 basis poin-286 basis poin,"
katanya.
Menurutnya, spread yield antara SUN dan obligasi korporasi yang begitu lebar tersebut mendorong investor asing untuk mulai masuk ke instrumen obligasi korporasi. "Apalagi yield obligasi pemerintah sekarang cenderung terus mengalami penurunan," jelasnya.
Fakhrul menilai tren kepemilikan asing pada obligasi korporasi masih akan meningkat pesat pada 3 bulan ke depan. "Kalau yang saya lihat, investor asing yang masuk ke instrumen obligasi korporasi ini lebih berorientasi jangka panjang. Jadi kemungkinan meningkatnya kepemilikan asing pada obligasi korporasi sangat mungkin terjadi," tambahnya.
(faa)