JAKARTA – Rerata laba bersih yang berhasil dibukukan lima emiten kabel sepanjang sembilan bulan ini melonjak tajam hingga 62,8%, sementara pendapatan yang diraih kelimanya tumbuh 15,5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, dari laporan keuangan yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia, PT Supreme Cable Manufacturing & Commerce tercatat sebagai emiten yang membukukan peningkatan laba tertinggi mencapai 94,5% dari Rp73,57 miliar menjadi Rp143,15 miliar pada Kuartal III/2012.
Tingginya laba yang berhasil diraih emiten berkode SCCO tersebut sekaligus mengukuhkannya sebagai emiten kabel yang mencatat laba tertinggi, sekaligus penjualan tertinggi diantara empat perusahaan kabel lainnya.
Pendapatan perusahaan yang dipimpin oleh Elly Soepono tersebut, hingga September ini telah mencapai Rp2,52 triliun meningkat 9,97% dibandingkan perolehan pada periode yang sama tahun lalu Rp2,3 triliun.
Diurutan kedua, PT Voksel Electric Tbk berhasil mencatatkan laba bersih sebesar Rp103,6 miliar atau meningkat Rp40,5% dari Rp73,7 miliar pada sembilan bulan tahun lalu. Peningkatan laba bersih tersebut, didorong pula oleh naiknya penjualan emiten berkode VOKS ini sebesar 19,8% yakni dari Rp1,46 triliun menjadi Rp1,75 triliun.
Sementara itu, PT KMI Wire and Cable cukup puas dengan membukukan laba bersih sebesar Rp93,5 miliar pada Kuartal III ini. Meski lebih rendah dari VOKS, namun peningkatan laba emiten berkode KBLI ini terbilang cukup tinggi mencapai 87,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya tercatat Rp49,9 miliar.
Di lihat dari pertumbuhan pendapatan, perusahaan yang memiliki produk baru Aluminium Conductor with Composite Core (ACCC) ini tercatat paling tinggi diantara emiten lainnya. Pada bulan ke sembilan ini, KBLI berhasil membukukan peningkatan penjualan hingga 29% dari Rp1,23 triliun menjadi Rp1,6 triliun.
Direktur KMI Wire and Cable Ignatius Iming Sujana mengatakan peningkatan penjualan tersebut karena adanya pertumbuhan permintaan dari PT PLN sebab perseroan merupakan salah satu pemasok utama kabellistrik PLN untuk proyek 10.000 megawatt yang saat ini terus digenjot.
“Kami salah satu pemasok utama kabel listrik PLN yang anggaran pembangunannya terus meningkat seiring proyek 10.000 MW tahap I dan II,” ujarnya.
Berbeda dengan sejumlah perusahaan kabel lainnya yang mencatatkan peningkatan pendapatan, PT Jembo Cable Company Tbk justru mencatat penurunan penjualan hingga 0,5% pada triwulan ketiga ini.
Bila pada September 2011, emiten berkode JECC ini tercatat mencetak pendapatan Rp911,6 miliar, di September ini hanya berhasil meriah omzet Rp906,6 miliar.
Meski demikian, laba perusahaan yang berkanto di Jatiuwung, Tangerang ini justru melonjak tajam menjadi Rp72,5 miliar naik 78,5% dibandingkan perolehan pada periode yang sama tahun lalu Rp40,6 miliar.
Sekretaris Perusahaan PT Jembo Cable Company Antonius Benady mengatakan besarnya permintaan kabel jenis tembaga yang bermargin tinggi membuat laba perseroan meroket meski secara pendapatan bersih justru mengalami penurunan 0,5%.
“Pendapatan turun tapi laba melonjak karena setelah Juni kami fokus menjual kabel bermargin tinggi untuk free market (swasta) terutama jenis tembaga yang keuntungannya mencapai hingga 20%,” jelasnya.
Tahun ini perseroan masih fokus mengembangkan kabel jenis tembaga mengingat besarnya permintaan dari sektor swasta (free market). Menurutnya, penjualan untuk free market yang secara presentase mencapai 34,6% ini sebagian besar masih didominasi atas kabel jenis tembaga.
Selain tembaga, JECC juga menjual berbagai kabel baik jenis aluminum dan fiber optic kepada distributor dengan presentase 21,2%, PLN 30%, Telkom 4,5%, dan pasar ekspor sebesar 9,1%.
Sementara PT Kabelindo Murni tercatat sebagai emiten kabel dengan kebaikan laba paling minim atau hanya sebesar 13,2% dari Rp12,8 miliar menjadi Rp14,5 miliar di sepanjang sembilan bulan ini.
Pendapatan yang berhasil dicatat perseroan pun terbilang paling kecil diantara empat emiten kabel lainnya, yakni sebesar Rp718,9 miliar naik 19,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp600,6 miliar.
Sebelumnya, tim riset dari PT Pefindo memperkirakan peningkatan industri kabel nasional yang diperkirakan bertumbuh 20% secara year on year tahun ini. Pertumbuh tersebut seiring dengan ambisi pemerintah memacu pembangunan infrastruktur pembangkit tenaga listrik 10.000 megawatt yang termaktub dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).
Di sisi lain, trend positif di sektor properti, ritel, dan Teknologi Informasi (TI) di kalangan swasta yang membutuhkan pasokan perangkat kabel dan koneksinya untuk instalasi listrik dan telekomunikasi pun mendorong lonjakan penjualan kabel.
Dari enam emiten kabel yang tercatat di BEI, laporan keuangan PT Sumi Indo Kabel berbeda dibandingkan perusahaan lainnya. Terhitung sejak 2011, emiten berkode IKBI tersebut mengubah tahun buku yang akan dimulai pada 1 April 2011 dan berakhir pada 31 Maret 2012, begitu seterusnya. Perubahan dilakukan untuk menyesuaikan dengan neraca perseroan induk di Jepang.
(faa)