JAKARTA: Mata uang Asia melemah dipimpin ringgit Malaysia dan rupee India akibat resolusi krisis Eropa yang belum menunjukkan kemajuan membuat investor enggan membeli aset berisiko dari negara emerging market.Wakil Kanselir Jerman Philipp Roesler mengatakan tidak ada bantuan lagi untuk Yunani bila reformasi tidak dijalankan. Di saat yang sama, Presiden Bundesbank Jens Weidmann mengatakan pembelian surat utang pemerintah oleh Bank Sentral Eropa tidak akan mengatasi krisis utang wilayah tersebut.Gubernur Federal Reserve Ben S. Bernanke pekan lalu menyatakan bank sentral tengah mempertimbangkan tindak lanjut untuk mendorong ekonomi. Sementara itu, Bernanke dijadwalkan berpidato pada 31 Agustus di Jackson Hole, Wyoming untuk mengklarifikasi potensi kebijakan stimulus tersebut. “Menurut saya, tidak ada resolusi jelas untuk Yunani, yang akan terus memberatkan sentimen. Bernanke akan bersikap lunak, tapi itu sudah menjadi risikonya,” ujar Thomas Harr, kepala analis pasar Asia untuk Standard Chartered Plc di Singapura, Senin (27/8/2012).Berdasarkan data yang dikompilasi Bloomberg, ringgit melemah 0,3% menjadi 3,1100 per dolar AS di Kuala Lumpur. Pada saat yang sama, rupee turun 0,3% menjadi 55,635 per dolar AS dan won melemah 0,1% menjadi 1.135,40, mengurangi pelemahan setelah Moody’s Investors Service menaikkan peringkat utang Korea Selatan satu langkah ke Aa3.Indeks Bloomberg- JPMorgan Asia Dollar, yang mencatat mata uang Asia terhadap dolar AS, mengarah ke penutupan terendah dalam sepekan.Sementara itu, rupiah menguat 0,1% menjadi 9.523 per dolar AS dan dolar Taiwan naik 0,1% menjadi NT$29,980. Baht Thailand dan dolar Singapuran turun 0,1% menjadi masing-masing 31,36 per dolar AS dan S$1,2514 per dolar AS.Dong Vietnam terapresiasi 0,1% menjadi 20.865 per dolar AS. Adapun pasar finansial Filipina hari ini libur. (if)
KURS ASIA MELEMAH: Tekanan Krisis Eropa Belum Menunjukkan Perbaikan
JAKARTA: Mata uang Asia melemah dipimpin ringgit Malaysia dan rupee India akibat resolusi krisis Eropa yang belum menunjukkan kemajuan membuat investor enggan membeli aset berisiko dari negara emerging market.Wakil Kanselir Jerman Philipp Roesler
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Nurul Hidayat
Editor : Wan Ulfa Nur Zuhra
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
20 menit yang lalu
Nissan-Honda Mau Merger dan Manuver Indomobil (IMAS)
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
20 menit yang lalu
Nissan-Honda Mau Merger dan Manuver Indomobil (IMAS)
29 menit yang lalu