JAKARTA : Saham PT Bumi Resources Tbk, eksportir batu bara pembangkitlistrik terbesar di Asia Tenggara, mengalami penurunan terbesar dalam 7 pekan, setelahUBS AG menurunkan peringkat saham tersebut menjadi ‘jual’ dan Standard &Poor’s Ratings Services mendegradasi rating kreditnya.
Saham berkode BUMI itu ditutup merosot 6,2% menjadi Rp1.060 hari ini (13/8/2012),penurunan terbesar sejak 25 Juni. Di saat yang sama, indeks harga sahamgabungan (IHSG) tergelincir 0,9%.
Menurut laporan para analis yang dipimpinAndreas Bokkenheuser pada 10 Agustus, UBS memangkas perkiraan harga sahamBUMI sebesar 70% menjadi Rp800.
Pada saat bersamaan, S&P menurunkan rating kredit jangka panjang BUMI menjadi BB-dari BB dengan prediksi negatif hari ini karena aliran kas yang lemah danutang yang tinggi.
Menurut Bokkenheuser, permintaan dari pembangkit listrik China yang lemahmewakili risiko harga batu bara jangka pendek. Harga batu bara di pelabuhanNewcastle Australia telah turun 23% tahun ini seiring perlambatan ekonomiChina.
Selain itu, produsen batu bara AS dan Afrika Selatan mengalihkanpenjualan ke Asia di tengah krisis utang Eropa. “Menurut kami permintaan batu bara China akan turun sedikit setelah musimpanas selesai. Kami perkirakan Bumi akan melanjutkan penurunan kuartalpertama 2012 hingga 2013 dengan harga batu bara saat ini,” ujar Bokkenheuser
Direktur Bumi Resources Dileep Srivastava menyaatakan optimistis dapat mencapaitarget produksi 75 juta ton batu bara tahun ini, meski ada kendala cuaca.Harga batu bara diperkirakan mengalami rebound pada akhir tahunmenjadi US$100 per ton dan melampaui US$100 pada 2013.
Selain itu, BUMI juga berencana melunasi utang tranche 2 senilai US$600 jutapada kuartal keempat, 2 tahun lebih awal dari waktu jatuh tempo kepada ChinaInvestment Corp.
BUMI mencatat kerugian US$100,4 juta pada kuartal pertama 2012 dibandingkanlaba US$108,19 juta pada periode sama tahun lalu. Sepanjang tahun ini, sahamBUMI sudah anjlok 51%, berlawanan arah dengan kenaikan 7,3% IHSG. (if)