Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PASAR VALAS: Mata Uang Asia Kompak Melemah

JAKARTA: Mata uang Asia melemah setelah pejabat bank sentral AS batal memberikan stimulus untuk mendorong pertumbuhan sehingga investor tidak tertarik menanam modal pada aset emerging market.

JAKARTA: Mata uang Asia melemah setelah pejabat bank sentral AS batal memberikan stimulus untuk mendorong pertumbuhan sehingga investor tidak tertarik menanam modal pada aset emerging market.

 

Menurut harga dari bank lokal yang dikompilasi Bloomberg, rupiah melemah 0,1% menjadi 9.478 per dolar AS pada pukul 15:37 di Jakarta. Volatilitas sebulan, yang mencatat pergerakan mata uang terhadap opsi harga, masih tetap 7,5%.

 

“Pasar kecewa karena pertemuan the Fed, sehingga sejumlah mata uang regional melemah. Pergerakan rupiah akan terbatas karena investor menunggu hasil pertemuan ECB,” ujar Nurul Eti Nurbaeti, head of treasury research di PT Bank Negara Indonesia.

 

Pada saat yang sama, ringgit menghapus reli 6 hari, rupee India mengalami penurunan dalam lebih dari sepekan dan won Korea Selatan turun dari level tertinggi 4 bulan setelah data AS menunjukkan manufaktur berkontraksi selama 2 bulan berturut-turut.

 

Komite Federal Pasar Terbuka AS (FOMC) mengatakan pertumbuhan melambat di semester pertama dan komite tersebut akan mengambil tindakan untuk mendorong ekonomi terbesar dunia itu bila diperlukan.

 

“Pasar mengharapkan semacam pelonggaran tambahan, tetapi tidak terjadi. Yang terjadi justru FOMC cenderung wait and see,” ujar Sim Moh Siong, analis valas di Bank of Singapore Ltd.

 

Berdasarkan data Bloomberg, ringgit melemah 0,5% menjadi 3,1278 per dolar AS pada pukul 16:20 di Kuala Lumpur. Won ditutup turun 0,4% menjadi 1.131,70 per dolar AS, rupee merosot 0,6% menjadi 55,7975 per dolar AS dan peso Filipina turun 0,2% menjadi 41,853 per dolar AS.

 

Yuan China menguat 0,02% menjadi 6,3671, membalikkan pelemahan 0,15% sebelumnya. Bank Sentral China menetapkan kurs acuan 0,14% lebih rendah pada 6,3392 per dolar AS pada Kamis, 2 Agustus. (/07/yus)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper