JAKARTA: Diragukannya kemampuan Yunani dalam melakukan pembayaran utang menjadi sentimen negatif yang menekan pergerakan harga surat utang negara (SUN) pada perdagangan kemarin.
Sekretaris Perusahaan Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Tumpal Sihombing melaporkan tingkat yield pada semua tenor naik yang mana kenaikan tertinggi terjadi pada tenor menengah (5 tahun-7 tahun) dengan kenaikan rata-rata 6 basis poin.
"Imbas kenaikan yield terlihat dari posisi indeks effective yield yang kembali ditutup naik 0,52% dari level 5,9792% ke level 6,0100%," katanya dalam riset harian Kamis (26/7).
Dia menuturkan kenaikan indeks yield tersebut menekan indeks harga SUN yang turun turun 0,21% atau setara dengan –0,2839 poin dari level 132,2433 ke level 131,9593.
"Penurunan indeks tersebut telah terjadi sejak awal pekan ini seiring dengan masih dominannya sentimen negatif di pasar global," ujarnya.
Hal yang sama juga terlihat pada indeks total return yang terkoreksi 0,19% atau –0,3522 poin dari level 184,2218 ke level 183,8696.
"Koreksi indeks harga yang lebih dari indeks total return itu mengindikasikan bahwa tekanan jual cukup marak pada perdagangan kemarin," jelasnya.
Total volume perdagangan kemarin tercatat turun tipis –3,9% dari Rp8,4 triliun menjadi Rp8 triliun sementara frekuensi perdagangan naik +7,8% dari 554 transaksi menjadi 597 transaksi.
"Eropa masih menjadi fokus utama pelaku pasar pekan ini. Investor terus mencermati perkembangan penanganan krisis utang Yunani," ujar Tumpal.
Sebelumnya para kreditur Yunani atau troika yang terdiri dari Bank Sentral Eropa, Komisi Eropa, dan Badan Moneter Internasional, sudah berada di Athena sejak kemarin.
Sayangnya, mereka meragukan Yunani dapat memenuhi target untuk mendapatkan dana bailout selanjutnya. Ini disebabkan oleh kemampuan Yunani dalam melakukan pembayaran utang. Bahkan perbankan Amerika Citigroup Inc telah menaikkan estimasi mereka terhadap kemungkinan Yunani dikeluarkan dari kawasan Eropa dalam 12 bulan-18 bulan ke depan menjadi 90%. (sut)