Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

NILAI TUKAR: Rupiah & Baht pimpin pelemahan mata uang Asia

JAKARTA – Mayoritas mata uang Asia merosot, dipimpin rupiah dan baht Thailand yang hampir mendekati level terlemah sepekan akibat krisis finansial Eropa mengganggu permintaan ekspor dari wilayah tersebut.Gubernur Bank Negara Malaysia Zeti Akhtar

JAKARTA – Mayoritas mata uang Asia merosot, dipimpin rupiah dan baht Thailand yang hampir mendekati level terlemah sepekan akibat krisis finansial Eropa mengganggu permintaan ekspor dari wilayah tersebut.Gubernur Bank Negara Malaysia Zeti Akhtar Aziz mengatakan tidak ada kepastian terkait krisis utang Eropa. Selama pekan ini, biaya pinjaman di Spanyol naik lebih dari 7%, dibandingkan 5,11% pada awal tahun, setelah negara tersebut mengikuti jejak Yunani untuk mencari dana talangan. “Investor masih sangat khawatir dengan situasi di Spanyol dan hal itu berdampak negatif terhadap mata uang Asia. Kita juga menanti kesimpulan Uni Eropa akhir bulan nanti,” ujar Nalin Chutchotitham, analis di Kasikornbank Pcl yang berbasis di Bangkok.Menurut data yang dikompilasi oleh Bloomberg, baht terdepresiasi 0,4% menjadi 31,65 per dolar AS pada pukul 9:57 di Bangkok. Rupiah melemah 0,3% menjadi 9.474 per dolar AS, ringgit Malaysia turun 0,4% menjadi 3,1713 per dolar AS dan peso Filipina melemah 0,3% menjadi 42,225 per dolar AS.Direktur Bank of Thailand Songtham Pinto,  yang bertanggung jawab atas isu makro, mengatakan bank sentral itu memangkas perkiraan pertumbuhan ekspor 2012 menjadi 8% dari 9% karena krisis di Eropa. Baht melemah selama dua hari berturut-turut.Pejabat The Fed memangkas perkiraan pertumbuhan di negara dengan ekonomi terbesar itu menjadi antara 1,9%-2,4% dari 2,4%-2,9%, dan memperpanjang program penggantian obligasi jangka pendek dengan utang jangka panjang senilai US$267 miliar hingga akhir tahun ini untuk menurunkan biaya pinjaman dan mendorong ekonomi. Bank sentral AS mengatakan kesiapannyan untuk menambil tindakan lebih lanjut. “Pasar kecewa karena perkiraan pelonggaran kuantitatif tahap selanjutnya tidak jadi. Padahal kebijakan itu berpengaruh positif pada aset berisiko,” ujar Klara Pramesti, analis riset di divisi treasury PT Bank Negara Indonesia di Jakarta. 

 

 

ARTIKEL MENARIK LAINNYA >>>

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nurul Hidayat
Editor : Dara Aziliya

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper