JAKARTA: Di tengah gajolak pasar finansial dan sentimen negatif investor, instrumen pinjaman siaga dinilai lebih tepat untuk membiayai defisit anggaran dibandingkan menerbitkan instrumen fiskal berupa surat berharga negara.Eric Sugandi, Senior Economist Standard Chartered Bank, menilai stand by loan cenderung memiliki tingkat bunga yang lebih rendah dibandingkan menerbitkan obligasi internasional saat buruknya sentimen investor global."Stand by loan bunganya lebih kecil dan tidak terpengaruh gejolak pasar. Kalau menerbitkan SBN itu ada risiko yield-nya tinggi karena terkena corner dari investor," katanya dalam sebuah diskusi, Kamis (14/6/2012).Pada kesempatan yang sama, Managing Director & Senior Economist Standard Chartered Bank Fauzi Ichsan menilai saat pasar modal tidak memungkinkan untuk diakses, pinjaman siaga menjadi instrumen pembiayaan alternatif yang dapat diandalkan pemerintah untuk menutup defisit APBN."Stand by loan seperti dari bank dunia, ADB, JBIC ini bisa ditarik kalau pasar modal shut down," ujarnya.Seperti diberitakan Bisnis, pemerintah telah mendapat komitmen contingency loan dari Bank Dunia yang totalnya mencapai US$2 miliar.Selain itu, pemerintah juga tengah menjajaki pinjaman siaga yang totalnya diharapkan dapat mencapai US$3,5 miliar dari Bank Pembangaunan Asia (ADB), Japan Bank for Internationak Cooperation (JBIC), dan pemerintah Australia. (ra)
ARTIKEL MENARIK LAINNYA:
- PREDIKSI SAHAM & IHSG HARI INI
- EURO 2012: ITALIA vs KROASIA, Howard Webb jadi wasit
- EURO 2012: Hasil Dan Prediksi Pertandingan
- GOLD FUTURES Decline 0.2%
- GUNUNG GAMKORONA Meletus, Asap Menyembur Hingga 3 Kilometer
- INDEKS BISNIS-27: Asset Management Gencarkan Jumlah Investor
- KEPALA BKPM BARU Chatib Basri Diharapkan Pacu Investasi