JAKARTA: Kurs rupiah terhadap dolar AS kembali melemah 1,39% ke Rp 9.459 pada penutupan perdagangan pasar spot hari ini, kamis (7/6), seiring dengan pelemahan tipis di indeks harga saham ke level 3.840,59 dan kondisi di Eropa yang masih belum menentu.
Kepala Manajemen Risiko Bank Mega Martin Panggabean mengatakan pelemahan rupiah memang disebabkan pasar yang sedang sepi karena investor takut membeli mata uang ini saat kondisi global tidak pasti.
“Investor masih tidak yakin dengan kondisi di luar negeri, khususnya di Eropa. Sangat kecil kemungkinan krisis Yunani akan membaik dalam waktu dekat,” ujarnya ketika dihubungi Bisnis hari ini.
Menurutnya, tren pelemahan rupiah masih akan terus berlangsung dan hal ini merupakan hal yang wajar saat indeks harga saham mengalami pelemahan.
“Level 9.500 per dolar itu kisaran yang wajar. Pemerintah atau Bank Indonesia tidak perlu berambisi untuk menekan rupiah di bawah 9.000,” tuturnya.
Nilai tukar rupiah yang terlalu kuat, lanjutnya, justru mengganggu kinerja ekspor, seperti yang terlihat dalam kuartal pertama tahun ini. Saat rupiah di bawah 9.000 per dolar, eksportir tidak bisa kompetitif dalam perdagangan global.
Martin mengingatkan agar bank sentral tetap waspada tetapi tidak perlu memaksa nilai tukar mata uang tersebut. “Harusnya mengikuti perkembangan pasar saja,” katanya.
Sementara itu, mata uang lain di Asia menguat, dipimpin oleh won Korea Selatan dan Ringgit Malaysia akibat spekulasi pembuat kebijakan global akan mengumumkan stimulus demi mendorong pertumbuhan ekonomi dan mengatasi krisis utang Eropa. (sut)
BERITA LAINNYA:
- SURVEI CAPRES: PRABOWO Paling Diinginkan!
- 9 Artikel TERPOPULER Bisnis.Com
- Market Moving: Celular Business Grows By 9%
- Wall Street CEO Pay Rises 20% As No. 1 Kravis Claims US$30 Million
- PILKADA DKI Mulai Diwarnai Intimidasi
- Artikel PILIHAN Bisnis.Com
- LIMBAH CAIR: 17 Perusahaan Belum Kantongi Izin Limbah Cair