JAKARTA: Emiten pelayaran PT Arpeni Pratama Ocean Line Tbk, yang dikendalikan oleh bungsu lelaki keluarga Surya, Oentoro Surya, mengantongi pinjaman sebesar US$131,2 juta dari dua bank luar negeri.
Pinjaman bertenor 10 tahun dengan bunga 6% itu diberikan oleh UOB Singapura dan Southeast Bank (SEB).
Direktur Utama Arpeni Oentoro Surya mengatakan dana tersebut digunakan untuk membeli empat kapal berkapasitas 76.000 dead weight tonnage (DWT) yang mana dua telah dikirim pada tahun lalu dan sisanya akan sampai dua minggu lagi.
"Dengan pinjaman ini, bank dan investor luar masih melihat prospek di dalam negeri dan perseroan masih bagus," katanya dalam paparan publik hari ini.
Total investasi pembelian empat kapal tersebut mencapai US$164 juta yang mana sisa pendanaan ditutup dari kas internal perseroan.
Kedatangan empat armada baru tersebut akan menambah jumlah armada Arpeni menjadi 74 kapal. "Dengan jumlah armada yang kami miliki saat ini, kami targetkan dapat menguasai market share 12%," jelasnya.
Tahun ini dia berharap pendapatan perseroan bisa tumbuh 10% menjadi Rp1,1 triliun dari proyeksi pendapatan 2011 sekitar Rp1 triliun. Untuk laba bersih diharapkan bisa mencetak Rp200 miliar dari posisi rugi yang diderita saat ini.
Laporan keuangan per September 2011 mencatat emiten berkode saham APOL ini mencatatkan rugi bersih Rp1,15 triliun atau naik sebesar 6% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 1,09 triliun.
Kenaikan rugi bersih perseroan ini salah satunya disebabkan oleh pendapatan jasa yang menurun menjadi Rp 952,52 miliar dari Rp 1,05 triliun.
Oentoro mengatakan perseroan ke depan akan fokus pada pasar dalam negeri karena masih cukup menjanjikan dan cenderung stabil ketimbang pasar luar negeri. "Kami juga targetkan menguasai kontrak-kontrak tangguh supaya operasi armada berjalan maksimal," tuturnya.
Pada 27 Januari 2012 perseroan menerbitkan 5,67 miliar saham seri B senilai Rp680,63 miliar kepada PT Mandira Sanni Pratama dan menerbitkan Waran Seri I 899,53 juta yang akan dibagikan kepada para pemegang 8,75% USD Guaranteed Secured Notes pada 30 Januari.
Penerbitan saham seri B dan waran seri I tersebut merupakan salah satu skema penyelesaian utang sesuai dengan keputusan dari Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) dan ketentuan dalam Chapter 15.
Pascarestrukturisasi ini, total utang perseroan turun menjadi Rp4,46 triliun dari sebelumnya Rp5,08 triliun. Beban bunga yang ditanggung perseroan juga diklaim turun menjada rerata 3,2% dari sebelumnya rerata 8,1%. (sut)