Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

NEW YORK: Topan yasi berdampak pada kejatuhan harga gula sebesar 9,3% karena kekhawatiran menyusutnya produksi tebu di Australia.

"Tren penurunan harga ini memicu lebih banyak penjualan," kata Jeff Bauml, waki dirut di RJ O'Brien & Associates, perusahaan broker di New York.

"Kejatuhan harga pada hari ini merupakan yang terburuk," tuturnya.

Harga gula mentah untuk pengiriman Maret turun 3,27 sen menjadi 32.04 sen per pound pada pukul 14:00 di ICE Futures AS di New York, penurunan terbesar sejak 30 Desember 2010. Saat itu harga anjlok 30%.

Bulan lalu, ICE Futures mengumumkan menunda perubahan tata cara pembelian dan penjualan pesanan untuk kontrak gula, jus jeruk dan kakao. Sebelumnya metode terbaru itu akan diberlakukan pada 25 Januari lalu.

"Sebuah revisi penerapan akan diumumkan segera setelah konsultasi dengan pelaku pasar," ujar pihak ICE Futures pada 18 Januari lalu.

Kemarin harga gula mencapai level tertinggi 30 tahunan di tengah kekhawatiran pasokan di Australia, eksportir terbesar ketiga di dunia.

Di London, gula refineri berjangka untuk pengiriman Maret turun US$30,30 (3,6%) menjadi US$814,20 per ton di NYSE Liffe. Kemarin harga menyentuh US$857, tertinggi sejak Januari 1989.

Brasil merupakan eksportir gula terbesar di dunia saat ini, disusul Thailand dan Australia. (yus)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Mursito

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper