Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah melonjak pada akhir perdagangan Senin (9/4/2018), seiring dengan meredanya kekhawatiran global bahwa Amerika Serikat (AS) dan China akan terlibat dalam perang dagang habis-habisan.
Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei 2018 menguat US$1,36 dan ditutup pada level US$63,42 per barel di New York Mercantile Exchange.
Adapun harga minyak Brent untuk pengiriman Juni 2018 menguat US$1,54 dan ditutup di US$68,65 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London. Minyak mentah acuan global ini diperdagangkan di US$5,22 premium terhadap WTI Juni.
Dilansir Bloomberg, harga minyak melonjak 2,2% di New York pada Senin, didorong kenaikan pasar ekuitas dan merosotnya dolar AS sehingga meningkatkan daya tarik minyak.
Bloomberg Dollar Spot Index turun untuk sesi perdagangan kedua, sehingga mendorong daya tarik komoditas seperti minyak sebagai tempat menyimpan nilai.
Sementara Presiden Donald Trump meramalkan China akan menjadi yang pertama untuk melonggar dalam perang tarif, penasihat ekonominya mengatakan bahwa baik AS dan China negara-negara itu cenderung 'tidak terang-terangan' untuk menyelesaikan perselisihan.
Baca Juga
“Kami melihat dolar AS mengalami sedikit koreksi,” ujar Bart Melek, kepala strategi komoditas global di TD Securities di Toronto.
“Pada saat yang sama, saya merasa narasinya akan bergeser dengan situasi perdagangan tersebut, dimana saya pikir ada upaya mengembalikan beberapa retorika yang lebih agresif yang telah kami lihat,” lanjutnya.
Kekhawatiran seputar balas-membalas tarif antara AS dan China menambah kekhawatiran menumpuknya minyak di tangki penyimpanan di hub distribusi minyak mentah terbesar di Amerika di Oklahoma, dan produksi dari ladang minyak serpih naik tanpa henti ke tingkat rekornya.
Ini menyebabkan harga minyak mentah acuan AS turun di bawah US$62 pekan lalu, setelah menyentuh level tertinggi lebih dari US$66 pada pekan sebelumnya.