Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Lelang Sukuk Perdana 2018: Penawaran Tembus Rp32 Triliun, Berikut Kata Analis!

Tingginya minat investor asing terhadap pasar obligasi Indonesia seiring membaiknya peringkat surat utang Indoensia diperkirakan menjadi alasan di balik rekor penawaran dalam dua lelang surat utang pemerintah awal tahun ini.

Bisnis.com, JAKARTA—Tingginya minat investor asing terhadap pasar obligasi Indonesia seiring membaiknya peringkat surat utang Indoensia diperkirakan menjadi alasan di balik rekor penawaran dalam dua lelang surat utang pemerintah awal tahun ini.

Kemarin, pemerintah kembali menggelar lelang surat utang, kali ini Surat Berharga Syariah Negara atau sukuk negara. Penawaran investor dalam lelang sukuk ini mencapai Rp32,28 triliun, suatu rekor bagi lelang sukuk.

Sepanjang tahun lalu, penawaran lelang sukuk tidak pernah mencapai lebih dari Rp30 triliun. Penawaran tertinggi pada lelang sukuk tahun lalu adalah pada lelang 12 September 2017, senilai Rp27,59 triliun.

Pekan lalu, lelang Surat Utang Negara (SUN) atau surat utang konvensional meraih penawaran Rp86,2 triliun, juga suatu rekor untuk lelang surat utang konvensional.

Berdasarkan data DJPPR Kementerian Keuangan, posisi asing pada tanggal settlement hasil lelang tersebut pada Jumat (5/1), porsi asing bertambah Rp8,33 triliun. Hal ini mengonfirmasi tingginya keikutsertaan asing dalam lelang SUN pekan lalu.

Handy Yunianto, Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas, mengatakan bahwa secara jangka pendek pasar masih melihat inflasi Indonesia akan terjaga rendah. Di sisi lain, imbal hasil US Treasury di pasar global juga masih terbatas , sementara pasar berekspektasi perubahan Fed Fund Rate baru akan terjadi paling cepat Maret mendatang.

Hal ini menarik permintaan yang sangat tinggi terhadap obligasi Indonesia di awal tahun, apalagi setelah Fitch Ratings menaikkan peringkat surat utang Indonesia dari BBB- menjadi BBB. Asing menaruh perhatian intensif pada Indonesia dan mulai aktif memburu sukuk, tidak saja SUN.

Berdasarkan data DJPPR Kementerian Keuangan, kepemilikan asing di instrumen sukuk negara hingga Senin (8/1) lalu mencapai Rp26,2 triliun, meningkat Rp5 triliun dibandingkan posisi akhir 2017.

Meningkatnya permintaan di lelang sukuk kemarin tentu tidak terlepas pula dari laporan capaian posisi cadangan devisa Indonesia per Desember 2017 pada awal pekan ini yang mencapai US$130,2 miliar, meningkat lagi dibandingkan November 2017 US$125,97 miliar.

Dengan cadangan devisa yang tinggi, investor khususnya dari kalangan asing menjadi lebih percaya diri untuk berinvestasi di Indonesia sebab memproyeksikan resiko kurs akan terbatas.

Meski belum memiliki data pasti, Handy menilai besar kemungkinan penawaran asing juga tinggi dalam lelang sukuk kali ini merespon data cadangan devisa tersebut.

“Apakah asing akan terus banyak masuk, kita tidak tahu. Namun, di awal tahun ini asing sangat optimistis terhadap Indonesia sehingga instrumen yang konvensional dan sukuk tetap dibeli,” ungkapnya, Selasa (9/1/2018).

Di sisi lain, penyerapan pemerintah pada lelang sukuk kali ini senilai Rp13 triliun juga tergolong sangat tinggi. Handy menilai hal ini positif sebab pemerintah memang mendapat penawaran yang tinggi dengan imbal hasil yang relatif rendah.

Hal ini juga masih sejalan dengan strategi front loading pemerintah untuk memperbesar porsi penerbitan utang di awal tahun.

Amir Dalimunthe, Kepala Divisi Riset Fixed Income Danareksa Sekuritas, sepakat bahwa tingginya penawaran dalam dua lelang terakhir tidak terlepas dari meningkatnya ekspektasi investor asing pada Indonesia. Hal ini juga ditopang ekspektasi adanya peningkatan peringkat pula oleh Moody’s dalam waktu dekat.

Di sisi lain, kendati sudah turun cukup banyak, imbal hasil surat utang Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan sejumlah negara sejawat lain yang memiliki karakter dan peringkat yang sama. Hal ini menjadi daya tarik kuat bagi pasar global.

“Dari dalam negeri, kelihatannya likuiditas juga sedang tinggi karena biasanya di akhir tahun orang kumpulkan likuiditas. Ini yang akhirnya mulai masuk lagi ke instrumen investasi, termasuk government bond,” ungkapnya.

Menurutnya, minat terhadap sukuk juga tinggi sebab sukuk menawarkan variasi tenor yang cukup beragam yang berbeda dibandingkan tenor-tenor yang ditawarkan SUN. Sejumlah investor juga membutuhkan variasi tenor tersebut untuk kelengkapan portofolionya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Riendy Astria

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper