Bisnis.com, JAKARTA - Harga saham PT Prima Cakrawala Abadi Tbk. (PCAR) diperkirakan mencapai level Rp500 pada akhir 2018 seiring dengan membaiknya laba perusahaan.
Pada Jumat (29/12/2017), Prima Cakrawala Abadi melakukan pencatatan saham perdana di BEI sebagai emiten ke-37 pada tahun ini dan berada di urutan ke-567 secara keseluruhan. Harga penawaran saham saat IPO adalah Rp150.
PCAR merupakan emiten yang bergerak di pengolahan rajungan. Pendapatan perseroan per Agustus 2017 mencapai Rp95,49 miliar atau meningkat 43,7% sepanjang tahun berjalan.
Namun, perusahaan itu masih membukukan rugi bersih Rp3,55 miliar. Chief Operating Officer PT Artha Sekuritas Indonesia Suparno Sulina menyampaikan pembukuan rugi PCAR disebabkan kurangnya modal kerja.
Oleh karena itu, perolehan dana dari IPO menjadi suntikan baru bagi perseroan untuk memacu kinerja. Adapun Artha Sekuritas bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi efek, bersama PT Lotus Andalan Sekuritas.
Selain itu, sejak perseroan mengakuisi PT Windika Utama pada 2014, PCAR menanggung beban piutang tidak tertagih yang menyebabkan pembukuan ekuitas menjadi negatif pada 2015-2016. Hal ini juga berdampak pada kinerja periode tersebut yang capaiannya lebih rendah dibandingkan 2014.
"Diperkirakan setelah membukukan laba bersih Rp11 miliar pada 2018, Price Earning Ratio (PER) saham PCAR semakin membaik sehingga harga sahamnya bisa mencapai Rp500 akhir 2018," paparnya di Gedung BEI, Jumat (29/12/2017).
Pada awal perdagangan perdananya hari ini, saham PCAR langsung melonjak 69,33% atau 104 poin menuju Rp254. Akibatnya, saham tersebut dikenakan auto rejection.
Dalam kebijakan auto rejection simetris, batas atas dan batas bawah memiliki besaran yang sama di setiap fraksi harga. Rinciannya, kelompok harga saham di rentang Rp50-Rp200 memiliki batas atas dan batas bawah 35%, rentang harga Rp200-Rp5.000 berbatas atas dan berbatas bawah 25%, dan rentang harga di atas Rp5.000 memiliki batas atas dan batas bawah sebesar 20%.
Mayoritas penyerap saham PCAR adalah investor ritel dan permintaannya mengalami oversubcribed hingga 2,11 kali. Adapun beberapa investor institusi merupakan lead nasabah Artha Sekuritas.
"Investor ritel juga tertarik karena harganya yang murah di bawah Rp200. Kalau kita lihat, sepanjang 2017 permintaan investor ritel terhadap emiten baru dengan harga saham murah cukup tinggi," ujar Suparno.