Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Faktor Duterte, Harga Nikel Naik 5 Sesi Terakhir

Harga nikel mengalami penguatan dalam lima sesi terakhir seiring dengan rencana Filipina mengurangi ekspor bijih dan memberikan sanksi kepada tambang yang melanggar izin lingkungan.
/Ilustrasi
/Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA—Harga nikel mengalami penguatan dalam lima sesi terakhir seiring dengan rencana Filipina mengurangi ekspor bijih dan memberikan sanksi kepada tambang yang melanggar izin lingkungan.

Pada penutupan perdagangan Kamis (27/7/2017), harga nikel di London Metal Exchange (LME) naik 90 poin atau 0,90% menuju US$10.130. Dalam lima sesi terakhir harga menghijau dan tumbuh sebesar 6,41%. Sepanjang tahun berjalan harga menguat 1,10%.

Analis BCA Sekuritas Aditya Eka Prakasa dan Willy Suwanto dalam risetnya Jumat (28/7/2017) menuliskan, harga nikel menanjak akibat pernyataan Presiden Filipina Rodrigo Duterte pada awalpekan ini yang akan menerapkan larangan ekspor bijih. Filipina saat ini merupakan pengekspor nikel terbesar di dunia.

“Jika keputusan tersebut direalisasikan pemerintah Filipina, harga nikel akan tetap menanjak,” paparnya.

BCA Sekuritas mempertahankan asumsi rerata harga nikel pada 2017 sebesar US$10.000 per ton dan menurun sedikit menjadi US$9.800 per ton pada 2018.

Senior Research and Analyst PT Asia Trade Point Futures (ATPF) Andri Hardianto menyampaikan, pernyataan Duterte soal kenaikan pajak bagi tambang yang merusak lingkungan memberikan sentimen positif bagi harga nikel. Namun, masih ada sentimen negatif dari relaksasi ekspor Indonesia.

Dalam jangka pendek, faktor pernyataan Duterte masih cukup mampu menopang harga. Pasar tentunya menunggu apakah pesan yang disampaikannya dapat menjadi peraturan baru secara resmi.

Dari sisi konsumsi, permintaan China menjadi faktor positif yang mendukung kenaikan harga. Logam nikel digunakan sebagai salah satu bahan pembuatan baja anti karat.

“Pasar masih akan melihat perkembangan di Filipina, di samping adanya kenaikan permintaan industri stainless steel di China,” tuturnya.

Andri memprediksi harga nikel masih berada di dalam tekanan. Pada kuartal III/2017, harga diperkirakan bergerak di dalam rentang US$9.000—10.500 per ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper