Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak mentah diprediksi bergerak dalam rentang sempit antara US$48-US$50,20 per barel pada pekan depan seiring dengan belum adanya faktor besar yang memengaruhi pasar.
Pada penutupan perdagangan Jumat (28/4/2017), harga minyak WTI kontrak Juni 2017 naik 0,36 poin atau 0,74% menuju US$49,33 per barel. Adapun harga Brent kontrak Juni 2017 meningkat 0,07 poin atau 0,14% menjadi US$51,89 per barel.
Deddy Yusuf Siregar, analis Asia Tradepoint Futures, mengatakan agenda utama yang ditunggu pasar minyak ialah sentimen AS dan OPEC. Data terkini dari EIA menunjukkan penambahan suplai yang semakin menambah suprlus pasar global.
Pada Rabu (26/4/2017) waktu setempat, U.S. Energy Information Administration (EIA) melansir data stok minyak AS dalam sepekan yang berakhir Jumat (21/4/2017) turun 3,64 juta barel menjadi 528,70 juta barel. Ini merupakan pemerosotan dalam tiga minggu berturut-turut.
Sementara tingkat produksi minyak AS naik 13.000 barel per hari (bph) menuju 9,27 juta barel per hari (bph), yang menjadi level tertinggi sejak Agustus 2015. Sebelumnya pada Desember 2016, AS konsisten menahan produksi di level 8,7 juta bph.
"Hal utama yang dinantikan pasar adalah suplai minyak AS dan pemangkasan produksi OPEC. Ini tetap menjadi landasan fundamental," tuturnya kepada Bisnis.com, Jumat (28/4/2017).
Baca Juga
Dari OPEC, kabar kurang sedap juga datang dari pernyataan beberapa anggota yang menganggap terlalu dini membicarakan perpanjangan pemangkasan produksi. Alhasil pasar masih mencari arah perihal rapat OPEC pada 25 Mei 2017.
Pada pekan depan, harga minyak WTI diprediksi bergerak dalam rentang yang terbatas, yakni US$48-US$50,20 per barel. Proyeksi nilai jual cenderung sempit karena belum ada faktor baru yang akan menggerakkan pasar secara signifikan.
Faisyal, analis Monex Investindo Futures, menyampaikan harga minyak berpeluang melemah dalam jangka pendek di tengah meningkatnya keraguan para pelaku pasar terhadap upaya OPEC dalam meredam penurunan harga.
Selain itu, sentimen lainnya yang menjadi perhatian adalah terus meningkatnya produksi minyak mentah AS akhir-akhir ini. Menurutnya, harga minyak WTI cenderung mengalami bearish selama bergerak di bawah US$51,30 per barel.