Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kuartal I/2017, Harga Karet Tertekan Permintaan

Harga karet cenderung melemah pada kuartal I/2017 seiring melambatnya permintaan.
Pekerja menyadap pohon karet di kawasan perkebunan kebun karet Jawi jawi, Kecamatan Bulukumpa, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, Senin (20/3)./Antara-Abriawan Abhe
Pekerja menyadap pohon karet di kawasan perkebunan kebun karet Jawi jawi, Kecamatan Bulukumpa, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, Senin (20/3)./Antara-Abriawan Abhe

Bisnis.com, JAKARTA--Harga karet cenderung melemah pada kuartal I/2017 seiring melambatnya permintaan, meski volume pasokan masih terhambat. Sampai akhir Maret, harga diprediksi bergerak pada rentang 248,2 yen - 249,2 yen per kg.

Pada penutupan perdagangan Kamis (23/3/2017), harga karet kontrak Agustus 2017 di Tokyo Commodity Exchange meningkat 1 poin atau 0,4% menjadi 250 yen (US$2,25) per kg.

Deddy Yusuf Siregar, analis Asia Tradepoint Futures, mengatakan harga karet sebenarnya ditopang sentimen positif dari berkurangnya produksi Thailand pada Februari-Mei 2017 akibat hambatan cuaca.

Pada bulan kedua 2017, Negeri Gajah Putih mengalami puncak musim hujan yang menghambat proses penyadapan getah. Cuaca hujan yang berujung kepada bencana banjir menekan pasokan karet Thailand hingga 300.000 ton atau 7% dari total produksi nasional.

Selepas musim hujan, cuaca dingin kering melanda sampai Mei 2017. Saat itu, pohon karet merontokkan daunya dan berhenti memproduksi lateks, sehingga aktivitas penyadapaan kembali berkurang.

Namun demikian, stok karet di pasar global masih melimpah karena kebutuhan industri di Jepang dan China pada kuartal I/2017 cenderung stagnan. Alhasil tingkat persediaan berpotensi surplus.

Berdasarkan data Association of Natural Rubber Producing Countries (ANRPC), Negeri Panda mengimpor 820.000 karet alam pada kuartal IV/2016, naik 58% dari triwulan sebelumnya untuk memenuhi permintaan kendaraan bermotor.

China Association of Automobile Manufacturers memprediksi penjualan mobil pada 2017 naik 5% yoy menuju 29,4 juta unit, setelah tahun lalu mencatatkan pemasaran tertinggi sejak 2009.

"Konsumsi Jepang dan China sebagai importir utama belum meningkat. Jika sisi suplai terus didorong, pasar karet global bisa overstock karena permintaan belum kuat," ujarnya saat dihubungi, Kamis (23/3/2017).

Dalam jangka pendek, harga karet masih mengalami tekanan. Sampai akhir Maret 2017, Deddy memprediksi harga bergerak dalam kisaran 248,2 yen - 249,2 yen per kg.

Adapun dalam jangka panjang, harga diperkirakan mengalami penguatan seiring dengan membaiknya faktor fundamental.

Sementara itu, ANRPC memprediksi defisit karet global pada 2017 mencapai 350.000 ton. Tingkat permintan akan tumbuh 1,7% yoy menuju 12,85 juta ton, sedangkan produksi meningkat 4,4% menjadi 12,5 juta ton.

Sebagai informasi, ANRPC merupakan asosiasi negara produsen karet yang kini memiliki 11 anggota, yaitu Kamboja, China, India, Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Kesebelas negara ini menyumbang sekitar 90% produksi karet alam dunia.

Nguyen Ngoc Bichm Sekretaris Jenderal ANRPC, menyampaikan pada dua bulan pertama 2017, tingkat produksi karet dari 11 negara anggota merosot 2,2% yoy. Penurunan ini sejalan dengan peningkatan konsumsi dari negara anggota sebesar 3,3% yoy.

Dari sisi fundamental, sebetulnya harga karet mendapatkan sentimen positif. Tren keseimbangan pasar diperkirakan berlanjut setidaknya pada kuartal II/2017.

"Tapi harga masih berayun naik turun, karena pasar melihat tren harga minyak mentah, nilai mata uang, dan aksi-aksi spekulasi," ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Saeno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper