Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Paket Ekonomi III Tak Digubris Emiten 3 Sektor Manufaktur Ini

Paket kebijakan ekonomi III tidak digubris oleh investor saham sektor keramik, plastik, dan kimia. Padahal, penurunan harga gas menguntungkan emiten ketiga sektor.
Pabrik keramik Arwana Citramulia Tbk/Bisnis.com
Pabrik keramik Arwana Citramulia Tbk/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Paket kebijakan ekonomi III tidak digubris oleh investor saham sektor keramik, plastik, dan kimia. Padahal, penurunan harga gas menguntungkan emiten ketiga sektor itu. 

Dari enam emiten di sektor keramik, porselen, dan kaca, hanya tiga perusahaan yang mengalami kenaikan harga saham setelah pengumuman paket kebijakan, Rabu (7/10/2015). 

Harga saham PT Arwana Citramulia Tbk. (ARNA) naik 5,87% menjadi Rp505 per lembar pada penutupan perdagangan Kamis (8/10). Saham PT Intikeramik Alamasri Industri Tbk. (IKAI) naik 9,09% menjadi Rp108. Saham PT Mulia Industrindo Tbk. (MLIA) naik tipis 0,8% ke posisi Rp630. 

Sementara itu, tujuh dari 12 saham emiten di sektor plastik dan kemasan tetap tidak bergerak setelah 'tidur' lama. Hanya lima saham yang bergerak, itu pun hanya tiga yang naik harga. 

Harga saham PT Impack Pratama Industri Tbk. (IMPC) naik tipis 0,54% ke posisi Rp9.250 per lembar. Saham PT Sekawan Intipratama (SIAP) naik 1,85% menjadi Rp220 per lembar. Saham PT Siwani Makmur Tbk. (SIMA) naik tipis 0,64% menjadi Rp156 per lembar. 

Sementara itu, hanya dua saham emiten di sektor kimia yang naik harga, yakni PT Ekadharma International Tbk. (EKAD) dan PT Intanwijaya Internasional Tbk. (INCI).

Empat emiten mengalami penurunan harga saham, yakni PT Barito Pacific Tbk. (BRPT), PT Budi Starch & Sweetener Tbk. (BUDI), PT Duta Pertiwi Nusantara Tbk. (DPNS), dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (TPIA). 

Adapun saham empat emiten stagnan, yakni PT Eterindo Wahanatama Tbk. (ETWA), PT Sorini Agro Asia Corporindo Tbk. (SOBI), PT Indo Acidatama Tbk. (SRSN), dan PT Unggul Indah Cahaya Tbk. (UNIC). 

Analis PT Reliance Securities Tbk. (RELI) Robertus Yanuar Hardy mengatakan investor melihat perbaikan kinerja fundamental emiten bersangkutan lebih dulu sebelum memutuskan membeli. 

Di sisi lain, investor lebih melirik saham-saham berkapitalisasi besar (bluechips) saat pasar mengalami reli.

Sementara itu, selain berkapitalisasi pasar kecil, emiten keramik, plastik, dan kimia,  menanggung biaya dengan fluktuasi tinggi, seperti pinjaman dalam valuta asing dan sebagian besar bahan baku yang harus diimpor. Dengan demikian, sahamnya kurang menarik.

"Perlu waktu setidaknya satu kuartal ke depan untuk dapat memperbaiki efisiensi biaya ketiga sektor emiten," kata Robertus, Kamis (8/10/2015). 

Analis PT Investa Saran Mandiri Kiswoyo Adi Joe melihat saham emiten keramik sulit bergerak naik selama sektor properti masih tiarap. 

"Investor belum melihat ada prospek bagus di sektor properti. Makanya, sektor keramik pun begitu," ujarnya. 

Sementara itu, saham emiten plastik sudah lama tak likuid sehingga tak dilirik oleh investor. Adapun sektor kimia akan mengikuti pertumbuhan ekonomi. Ketika pertumbuhan ekonomi melambat, maka prospek sektor bersangkutan tidak cerah. 

Pemerintah mengumumkan pemangkasan harga gas US$0-US$1 per million metric british thermal unit (MMBtu) untuk kontrak pembelian gas US$6-US$8 per MMBtu.

Untuk kontrak pembelian US$8 ke atas per MMBtu, harga turun US$1-US$2 per MMBtu. Penurunan harga berlaku mulai 1 Januari 2016. 

Sebelumnya, Ketua Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) Elisa Sinaga mengatakan penurunan harga gas tidak serta-merta mendongkrak kinerja industri keramik dalam waktu dekat. 

"Perbaikan akan cepat terjadi jika nilai tukar rupiah lebih cepat membaik," katanya (Bisnis, 8/10). 

Asosiasi Industri Olefin Aromatik dan Plastik Indonesia (Inaplas) menyebutkan setiap penurunan harga gas US$1 per MMBtu akan memangkas ongkos produksi 3%-5%. 

"Pelaku industri petrokimia dapat segera menyusun kontrak dengan nilai sangat bersaing tahun depan," ujar Sekjen Inaplas Fajar Budiono.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sri Mas Sari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper