Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Euforia Data Buruk AS, Rupiah Berpotensi Menguat Sepanjang Pekan Ini

Nilai tukar rupiah menjadi tiga besar mata uang Asia yang menguat paling tinggi pada perdagangan hari ini. Sentimen positif dari buruknya data tenaga kerja Amerika Serikat berpeluang mengangkat rupiah sepanjang pekan ini.
Ilustrasi/Reuters
Ilustrasi/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah menjadi tiga besar mata uang Asia yang menguat paling tinggi pada perdagangan hari ini. Sentimen positif dari buruknya data tenaga kerja Amerika Serikat berpeluang mengangkat rupiah sepanjang pekan ini.

Pada perdagangan hari ini sampai pukul 14:12 WIB, nilai tukar rupiah menguat 0,68% menjadi Rp14.546 per dolar AS dengan kurs tengah Bank Indonesia (BI) Rp14.604.

Di Asia, mata uang yang paling menguat adalah ringgit yang menguat 0,89%, di posisi kedua ada won yang naik 0,7%, sedangkan rupiah berada di posisi ketiga.

Johannes Ginting, Kepala Edukasi PT Monex Investindo Futures, mengatakan sentimen dari buruknya data tenaga kerja AS ini akan mendorong penguatan rupiah sepanjang pekan ini. Apalagi, bila tidak ada data ekonomi penting yang rilis pada pekan ini.

"Lalu, pelaku pasar tampaknya sudah pesimis suku bunga Federal Reserve (the Fed) akan naik pada OKtober sehingga bisa jadi sentimen positif bagi rupiah untuk jangka pendek. Tetapi, ketidakpastian kenaikan suku bunga masih berlanjut hingga Desember dan tahun depan, jadi pelaku pasar pun masih rentan melakukan profit taking," ujarnya kepada Bisnis.com pada Senin (5/10/2015).

Pada akhir pekan lalu, data non-farm payroll (NFP) Amerika Serikat (AS) untuk September sebesar 142.000. Angka itu jauh lebih rendah dibandingkan dengan proyeksi pasar yang berharap NFP AS bisa kembali ke 203.000.

Selain itu, NFP AS pada Agustus pun di revisi lebih rendah lagi menjadi 136.000 dibandingkan dengan rilis pada awal September sebesar 173.000. Dengan data NFP yang buruk itu, maka peluang kenaikan suku bunga the Fed pada Oktober sangat tipis.

Saat ini pelaku pasar disebut lebih menunggu pertemuan the Fed pada Desember untuk memastikan apakah bank sentral AS itu akan menaikkan suku bunga pada tahun ini atau tidak. 

Di sisi lain, Johannes memprediksi rupiah masih berpotensi mencoba penguatan ke kisaran Rp14.480. "Bila tembus Rp14.480, maka rupiah berpotensi bertahan di Rp14.000," ujarnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Surya Rianto
Editor : Fatkhul Maskur

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper