Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Perkasa Imbas Pengumuman Tarif Trump

Dolar AS menguat didorong oleh pengumuman tarif Trump terhadap negara seperti Jepang, Korea Selatan, Laos, dan Myanmar.
Karyawan menghitung uang dolar AS di Jakarta, Selasa (1/7/2025). Bisnis/Abdurachman
Karyawan menghitung uang dolar AS di Jakarta, Selasa (1/7/2025). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) mencatat penguatan harian terbesar dalam tiga pekan setelah pengumuman tarif baru oleh Presiden Donald Trump. Penguatan tersebut mencerminkan keyakinan investor bahwa ekonomi AS masih mampu bertahan di tengah eskalasi konflik dagang.

Berdasarkan data Bloomberg pada Selasa (8/7/2025) indeks dolar AS terpantau naik  0,38% pada level 97,5540. Penguatan tersebut didorong oleh pengumuman tarif terhadap negara seperti Jepang, Korea Selatan, Laos, dan Myanmar. 

Indeks Bloomberg Dollar Spot mencatat lonjakan tertinggi sejak 17 Juni, sementara mata uang global melemah, termasuk yen Jepang, won Korea Selatan, dan real Brasil yang masing-masing turun lebih dari 1%.

Skylar Montgomery Koning, analis strategi mata uang di Barclays, menilai pengurangan beberapa kebijakan AS yang sebelumnya dianggap bermasalah serta kemajuan dalam sejumlah negosiasi telah meredam kekhawatiran terhadap dampak ekonomi yang sempat dikhawatirkan.

“Penurunan dolar sepanjang tahun ini — sekitar 9% — sudah mencerminkan dampak negatif dari tarif. Artinya, tekanan berikutnya kemungkinan lebih besar akan dirasakan oleh mata uang asing,” ujarnya.

Trump sebelumnya menetapkan tarif sebesar 25% hingga 40% yang akan mulai berlaku pada 1 Agustus. Langkah ini menyusul kebijakan tarif besar-besaran bertajuk “Liberation Day” pada April lalu yang sempat mengguncang kepercayaan investor terhadap status dolar sebagai aset safe haven dan memicu kekhawatiran resesi.

Namun, prospek itu mulai direvisi pasar setelah data ketenagakerjaan AS pekan lalu menunjukkan kinerja kuat, mendukung penguatan dolar. Perkiraan pemangkasan suku bunga The Fed pun mereda. Pada Senin, pelaku pasar memperkirakan penurunan suku bunga sekitar 51 basis poin hingga akhir tahun, turun dari ekspektasi 65 basis poin sepekan sebelumnya.

Kathy Jones, Chief Fixed Income Strategist di Charles Schwab, menyampaikan ketidakpastian seputar kebijakan dagang, prospek ekonomi, dan inflasi akibat tarif bisa mendorong The Fed menunda pemangkasan suku bunga hingga Desember, atau bahkan tahun depan.

Pada pasar mata uang, yen Jepang anjlok hingga 1,2% ke 146,24 per dolar AS, terlemah dalam dua pekan. Sementara itu, nilai tukar won turun sekitar 1,1%. 

Direktur Strategi Pendapatan Tetap dan Valuta Asing di Pioneer Investments, Paresh Upadhyaya, mengatakan tidak terkejut dengan aksi jual aset berisiko secara luas setelah pengumuman Trump.

“Jika ada kabar negatif seperti yang terjadi pada Korea dan Jepang, maka sentimen penghindaran risiko akan meningkat,” ujarnya.

Sementara itu, indeks MSCI untuk mata uang negara berkembang turun 0,5%, menjadi pelemahan intraday terbesar dalam tiga bulan terakhir. Trump juga mengancam tambahan tarif 10% untuk negara-negara yang dianggap mendukung kebijakan anti-Amerika dari kelompok BRICS.

Mata uang rand Afrika Selatan turun paling dalam, yakni sekitar 1,5%. Rupee India, real Brasil, dan yuan offshore China juga ikut melemah pada perdagangan Senin.

Adapun istilah BRICS kini mencakup lebih banyak negara berkembang selain Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. Trump sebelumnya menyebut mitra dagang AS dapat dikenakan tarif antara 10% hingga 70%, tergantung pada negosiasi. 

Namun, dia juga mengisyaratkan kemungkinan tercapainya sejumlah kesepakatan dalam waktu dekat.

Data terbaru dari Commodity Futures Trading Commission (CFTC) menunjukkan bahwa spekulan mulai mengurangi taruhan terhadap pelemahan dolar pada pekan yang berakhir 1 Juli. Posisi jual bersih terhadap dolar turun sekitar 10% menjadi US$18,3 miliar.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper