Bisnis.com, JAKARTA — PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) dikabarkan sedang dalam pembicaraan dengan sovereign wealth fund Indonesia, Danantara, mengenai suntikan dana sekitar US$500 juta atau setara Rp8,15 triliun (asumsi kurs Rp16.300 per dolar AS).
Melansir Bloomberg, Rabu (4/6/2025), kesepakatan dapat tercapai secepatnya pada bulan Juni atau Juli dan akan menjadi bagian dari tahap awal pendanaan yang mungkin dilakukan dalam dua bagian untuk membantu GIAA memperbaiki kondisi keuangannya, kata sumber-sumber Bloomberg, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya karena informasi ini bersifat pribadi.
Sebagian dana tersebut direncanakan akan dialokasikan ke maskapai berbiaya rendah milik Garuda, Citilink, untuk mengoperasikan kembali lebih dari selusin pesawatnya, menurut sumber tersebut.
Pemerintah Indonesia juga mempertimbangkan untuk memindahkan kendali atas Citilink ke PT Pertamina, tambah mereka, sembari mengatakan pembicaraan masih berlangsung dan belum ada keputusan final.
Perwakilan Garuda menolak berkomentar mengenai bentuk bantuan keuangan spesifik dari Danantara, dan merujuk pada pernyataan yang disampaikan bulan lalu, yang menyebut aksi korporasi seperti ini sepenuhnya berada di bawah kewenangan para pemegang saham dan pemangku kepentingan terkait.
Sementara itu, perwakilan Danantara juga menolak memberikan komentar. Pertamina dalam pernyataannya menyebut Kementerian BUMN Indonesia pernah memiliki gagasan untuk menggabungkan Pelita Air dan Citilink, namun hingga kini belum ada pembaruan lebih lanjut.
Baca Juga
Garuda, yang mayoritas sahamnya dimiliki negara, kembali mencatatkan kerugian bersih tahun lalu setelah dua tahun mencatatkan laba berkat lonjakan perjalanan pasca-Covid. Masalah keuangan yang terus berlanjut mendorong maskapai ini mengangkat CEO baru, Wamildan Tsani Panjaitan, pada bulan November, yang kini tengah menjalankan misi untuk memperbaiki neraca keuangan dan memperluas jaringan internasional.
Per Desember, Garuda memiliki utang sekitar US$1,4 miliar lebih banyak dibandingkan asetnya atau defisit modal yang menurut beberapa analis harus ditutup sebelum maskapai ini bisa kembali beroperasi secara normal dan mendapatkan pendanaan eksternal tambahan.
Kondisi Garuda telah menarik perhatian Presiden Prabowo Subianto, dan pada bulan Maret, pemerintah Indonesia memindahkan kepemilikan saham 65% di Garuda ke Danantara sebagai bagian dari langkah besar Prabowo untuk mereformasi tata kelola BUMN di Indonesia.
Sebelumnya, CEO Danantara Rosan Roeslani merespons kabar sovereign wealth fund (SWF) itu akan menyuntikan dana Garuda Indonesia. Rosan tidak membantah kabar tersebut, namun menyampaikan bahwa pihaknya masih berdiskusi dengan berbagai pihak.
"Nanti lah kalau itu. Karena Kita masih diskusi dengan semua pihak dalam hal itu," ujar Rosan saat ditemui di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (22/5/2025).
Dia juga masih enggan mengungkap rencana yang disusun soal penyuntikan dana ke emiten BUMN penerbangan itu. Dia memastikan pembahasan masih berjalan.
"Sedang berjalan, sedang berjalan, insyaallah," kata pria yang juga Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM itu.