Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas menguat pada perdagangan Senin (19/5/2025), terdorong oleh pelemahan dolar AS dan meningkatnya ketidakpastian dagang setelah Menteri Keuangan AS Scott Bessent menegaskan kembali ancaman tarif dari Presiden Donald Trump.
Melansir Reuters, harga emas di pasar spot menguat 0,91% ke level US$3.231,56 per troy ounce pada pukul 15.10 WIB. Sementara itu, harga emas berjangka Comex di AS menguat 0,31% ke level US$3.191,80 per troy ounce.
Sebelumnya, logam mulia ini sempat merosot lebih dari 2% pada Jumat dan mencatat penurunan mingguan terbesar sejak November tahun lalu, seiring meningkatnya selera risiko menyusul tercapainya kesepakatan dagang sementara antara AS dan China.
Namun, indeks dolar AS yang melemah 0,5% pada Senin membuat emas yang diperdagangkan dalam dolar menjadi lebih terjangkau bagi investor global, memicu kembali permintaan.
Kepala Analis Pasar KCM Trade Tim Waterer mengatakan penurunan peringkat kredit AS oleh Moody’s dan reaksi pasar yang cenderung menghindari risiko telah memberi dorongan baru bagi harga emas.
Moody’s pada Jumat lalu memangkas peringkat kredit tertinggi AS satu tingkat ke level Aa1, menjadikannya lembaga pemeringkat besar terakhir yang menurunkan peringkat utang Negeri Paman Sam, dengan alasan lonjakan utang nasional yang semakin mengkhawatirkan.
Baca Juga
Sementara itu, dalam wawancara televisi, Menkeu Scott bessent menyebut Trump akan mulai menerapkan tarif seperti yang diancamkannya bulan lalu kepada mitra dagang yang dianggap tidak bernegosiasi “dengan itikad baik.”
Perang dagang yang digagas Trump selama masa kepresidenannya telah mengganggu arus perdagangan global dan mengguncang pasar keuangan, dengan para pelaku pasar berusaha mengantisipasi langkah-langkah penuh ketidakpastian dari presiden Partai Republik itu yang ingin merombak hubungan ekonomi internasional demi kepentingan AS.
Sebagai aset lindung nilai klasik, emas biasanya menguat di tengah ketidakpastian politik dan ekonomi serta dalam lingkungan suku bunga rendah.
Data ekonomi terbaru menunjukkan harga produsen di AS turun di luar perkiraan pada April, pertumbuhan penjualan ritel melambat, dan inflasi konsumen naik di bawah ekspektasi.
”Hal ini memperkuat spekulasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed pada Juli atau September mendatang—meski hasil negosiasi dagang Trump akan sangat menentukan arah kebijakan selanjutnya,” kata Waterer.