Bisnis.com, JAKARTA — Emiten batu bara, PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) membukukan penurunan laba bersih pada 2024 meski pendapatan perseroan melonjak.
Berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember 2024, PTBA mencatat pendapatan sebesar Rp42,76 triliun atau naik 11,1% dari Rp38,48 triliun pada 2023.
Pendapatan itu diperoleh sejalan dengan capaian PTBA mencetak rekor penjualan tertinggi sepanjang sejarah pada tahun 2024. PTBA membukukan penjualan batu bara 42,9 juta ton selama 2024.
Sebagai pembanding, penjualan batu bara PTBA pada 2020 sebesar 26,1 juta ton, lalu 28,4 juta ton pada 2021, kemudian tumbuh menjadi 31,7 juta ton di 2022, dan sebesar 37,0 juta ton pada 2023.
Pencapaian rekor penjualan tersebut ditopang oleh ekspor batu bara sebesar 20,3 juta ton pada 2024, meningkat 30% secara tahunan. Adapun realisasi Domestic Market Obligation (DMO) sebesar 22,6 juta ton, tumbuh 6% dibanding tahun sebelumnya.
Pada saat yang sama, beban pokok pendapatan PTBA melonjak dari Rp29,33 triliun menjadi Rp34,56 triliun. Alhasil, PTBA membukukan penurunan laba bruto dari Rp9,15 triliun pada 2023 menjadi Rp8,2 triliun pada 2024.
PTBA juga membukukan beban umum dan administrasi Rp2,07 triliun, beban penjualan dan pemasaran Rp789,01 miliar, biaya keuangan Rp283,69 miliar, dan beban pajak penghasilan Rp1,11 triliun sepanjang 2024.
Dari situ, laba tahun berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk atau laba bersih PTBA turun Rp1 triliun dari Rp6,1 triliun pada 2023 menjadi Rp5,1 triliun pada 2024. Dengan kata lain, PTBA membukukan penurunan laba bersih sebesar 16,39% year-on-year (YoY).
Pada 2025, PTBA menargetkan produksi batu bara sebesar 50 juta ton, penjualan 50,1 juta ton, serta angkutan 43,2 juta ton.
"Perseroan melakukan perencanaan dengan mencermati perkembangan pasar terkini dan mengantisipasi berbagai faktor eksternal yang dinamis," tutur Sekretaris Perusahaan PTBA Niko Chandra.