Bisnis.com, JAKARTA – Dolar Amerika Serikat (AS) mengalami pekan terburuknya sejak 2022, seiring merosotnya keyakinan terhadap pertumbuhan ekonomi AS dan meningkatnya kekhawatiran bahwa kebijakan perdagangan Presiden Donald Trump akan menghambat pertumbuhan.
Melansir Bloomberg, Senin (10/3/2025), indeks dolar AS tercatat anjlok 2,3% dalam sepekan, penurunan terbesar sejak November 2022.
Spekulan, termasuk hedge fund dan manajer aset, telah memangkas posisi bullish mereka terhadap dolar selama tujuh pekan berturut-turut, menurut data Commodity Futures Trading Commission (CTFC) per 4 Maret. Ini adalah level paling pesimistis sejak Oktober lalu, sebelum pilpres AS.
Sikap bearish terhadap dolar muncul setelah reli kuat yang dimulai pascapilpres tahun lalu, didorong oleh kebijakan suku bunga tinggi dan ancaman tarif.
Namun, keputusan Presiden Donald Trump untuk menerapkan lalu menunda tarif impor menciptakan ketidakpastian ekonomi yang semakin membebani prospek AS. Sementara itu, rencana belanja besar-besaran di Eropa, terutama di Jerman, telah mendorong euro mencatat pekan terbaiknya sejak 2009.
tim analis JPMorgan yang dipimpin Meera Chandan mengatakan pekan ini menandai perubahan besar di pasar valas. Hal tersebut juga mengubah strategi portofolio bank investasi ini.
Baca Juga
JPMorgan kini mengambil posisi jual terhadap dolar untuk pertama kalinya dalam lebih dari setahun, dengan alasan melemahnya daya saing ekonomi AS dan pemulihan di Eropa. JPMorgan pun bergabung dengan semakin banyak analis di Wall Street yang mulai pesimistis terhadap dolar.
Penguatan mata uang Eropa semakin nyata. Krona Swedia memimpin dengan kenaikan 7% terhadap dolar pekan ini, diikuti oleh euro yang naik 4,6%. Sebaliknya, dolar Kanada tertinggal akibat kekhawatiran terhadap kebijakan tarif AS.
“Perubahan fiskal besar di Jerman telah meningkatkan prospek pertumbuhan di Zona Euro, tepat saat kekhawatiran terhadap ekonomi AS semakin meningkat,” ujar analis State Street Lee Ferridge.
Pada Jumat, indeks dolar sempat turun hingga 0,4% setelah data menunjukkan pelemahan di pasar tenaga kerja AS. Namun, pelemahan ini sedikit mereda setelah Ketua The Fed Jerome Powell mengakui ketidakpastian ekonomi yang meningkat, meski ia menegaskan bahwa kebijakan moneter tidak perlu segera diubah.
Data CFTC mengungkapkan bahwa taruhan spekulatif terhadap penguatan dolar kini hanya US$9,7 miliar, turun tajam dari US$15,4 miliar pekan sebelumnya, dan jauh dari level tertinggi US$34 miliar pada Januari lalu.