Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham BBCA Anjlok di Awal 2025, Dividen Jadi Katalis Penyelamat?

Harga saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) mencapai level di bawah Rp9.000 setelah mengalami gerak pelemahan pada awal 2025.
Pekerja beraktivitas di dekat logo milik PT Bank Central Asia Tbk di Jakarta. Bisnis/Himawan L Nugraha
Pekerja beraktivitas di dekat logo milik PT Bank Central Asia Tbk di Jakarta. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Harga saham emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar di pasar saham Indonesia, PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) mencapai level di bawah Rp9.000 setelah mengalami gerak pelemahan pada awal 2025.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), harga saham BBCA telah turun 1,92% ke level Rp8.950 per lembar pada penutupan perdagangan kemarin, Kamis (6/2/2025) dan menjadi salah satu pemberat indeks harga saham gabungan (IHSG) atau top laggards.

Harga saham BBCA juga telah jeblok 9,6% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd). Harga saham BBCA pun mencapai level di bawah Rp9.000 atau terendah dalam setahun terakhir. 

Seiring dengan pelemahan harga, saham BBCA banyak dijual asing. Nilai jual bersih atau net sell asing BBCA mencapai Rp490,72 miliar pada perdagangan kemarin. Sementara, sepanjang 2025, net sell asing BBCA telah mencapai Rp3,96 triliun.

Pelemahan harga saham BBCA hingga mencapai level di bawah Rp9.000 terjadi seiring dengan kabar adanya serangan siber dan kebocoran data nasabah. Kabar tersebut mencuat di berbagai platform media sosial. 

Namun, EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn memastikan bahwa data nasabah bank swasta terbesar milik Grup Djarum itu tetap aman.

“Sehubungan dengan informasi di media sosial yang mengklaim adanya data nasabah BCA yang tersebar, kami sampaikan bahwa informasi tersebut tidak benar,” katanya saat dikonfirmasi, Kamis (6/2/2025). 

BBCA juga mengimbau agar nasabah selalu berhati-hati terhadap oknum yang mengatasnamakan BCA, utamanya melalui pelbagai modus penipuan yang bertujuan untuk mengetahui data nasabah.

Sementara, Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan pelemahan harga saham bank jumbo termasuk BBCA terjadi dikarenakan adanya pertumbuhan kredit yang masih kurang optimal pada 2024. Kondisi tersebut terjadi seiring dengan tingkat suku bunga acuan yang masih tinggi.

Sentimen lainnya adalah kebijakan Presiden AS Donald Trump yang mendorong proteksionisme. "Kemudian terjadi outflow di market. Dana asing lari ke AS," ujar Nafan, Jumat (7/2/2025).

Akan tetapi, menurutnya terdapat peluang penguatan kembali saham BBCA ke depan didorong oleh sejumlah faktor seperti aksi tebaran dividen dalam beberapa bulan ke depan. "Pembagian dividen menjadi sweetener bagi investor," tuturnya.

Lalu, apabila Bank Indonesia (BI) menerapkan kebijakan pelonggaran monter yang berlanjut maka masih ada harapan kinerja kredit perbankan lebih moderat. Mirae Asset Sekuritas merekomendasikan buy on weakness untuk BBCA dengan target harga terdekat di level Rp9.200 per lembar.

Research Analyst MNC Sekuritas Victoria Venny juga menilai terdapat harapan pasar atas potensi kejutan pertumbuhan kredit, likuiditas yang lebih baik, ditambah dengan imbal hasil aset yang lebih tinggi, serta penghematan biaya kredit di emiten bank jumbo termasuk BBCA. Dalam riset terbarunya, MNC Sekuritas merekomendasikan buy untuk BBCA dengan target harga hingga Rp11.300 per lembar.

"Akan tetapi terdapat risiko penurunan, termasuk likuiditas yang lebih ketat yang dapat mengakibatkan CoF [biaya dana/cost of fund] yang lebih tinggi, daya beli yang lebih rendah, dan prospek pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat," tulis Victoria dalam risetnya pada Rabu (5/2/2025).

Berdasarkan data Bloomberg, konsensus analis menunjukan bahwa sebanyak 31 sekuritas menyematkan rekomendasi beli untuk BBCA. Selain itu, lima sekuritas merekomendasikan hold untuk BBCA. Target harga saham BBCA sendiri berada di level Rp11.747 per lembar dalam 12 bulan ke depan.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper