Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Aksi Jual Asing Masih Agresif, Saham BBRI, BMRI Cs Banyak Dilego

Aksi jual asing masih agresif dalam sepekan terakhir. Saham bank-bank jumbo seperti BBRI dan BMRI tercatat menjadi yang paling banyak dijual.
Karyawan beraktivitas di dekat layar pergerakan saham PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Selasa (24/9/2024)./JIBI/Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Karyawan beraktivitas di dekat layar pergerakan saham PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Selasa (24/9/2024)./JIBI/Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA — Aksi jual asing di pasar saham Indonesia masih agresif dalam sepekan terakhir. Saham bank-bank jumbo seperti PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) tercatat menjadi yang paling banyak dijual asing.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), nilai jual bersih atau net sell asing tercatat sebesar Rp4,56 triliun di pasar saham Indonesia dalam sepekan perdagangan atau dari 7 Oktober 2024 sampai dengan 11 Oktober 2024.

Dua pekan sebelumnya, investor asing juga membukukan jual bersih masing-masing Rp3,36 triliun pada periode 23 September 2024 sampai dengan 27 September serta Rp4,87 triliun pada periode 30 September 2024 sampai dengan 4 Oktober 2024. 

Meski begitu, pasar saham Indonesia masih mencatatkan nilai bersih pembelian atau net buy asing sebanyak Rp43,4 triliun sepanjang tahun berjalan (year to date/YtD).

Dalam aksi jual asing yang agresif pada beberapa pekan terakhir, deretan saham bank jumbo atau kelompok bank dengan modal inti (KBMI) IV menjadi paling banyak dilego. Saham BBRI, misalnya, mencatatkan net sell asing Rp1,69 triliun dalam sepekan. Dalam sebulan perdagangan, saham BBRI dilego asing sebanyak Rp6,8 triliun. 

PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) mencatatkan net sell asing Rp515,98 miliar dalam sepekan. Adapun, dalam sebulan perdagangan, nilai jual asing di BBCA mencapai Rp252,61 miliar.

Lebih lanjut, saham BMRI mencatatkan net sell asing Rp255,55 miliar dalam sepekan. Adapun, nilai jual asing saham BMRI mencapai Rp1,49 triliun dalam sebulan perdagangan. 

Selain itu, emiten di sektor lain mencatatkan nilai jual asing yang juga tinggi. PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), misalnya, mencatatkan net sell asing Rp212,8 miliar dalam sepekan dan net sell asing Rp571,79 miliar dalam sebulan perdagangan. 

PT United Tractors Tbk. (UNTR) mencatatkan net sell asing Rp169,71 miliar dalam sepekan perdagangan. Meskipun, UNTR masing mencatatkan net buy asing Rp27,25 miliar dalam sebulan perdagangan. 

Net Sell Asing Dinilai Bersifat Temporer

Di sisi lain, analis melihat aksi penjualan asing ini bersifat sementara dan memandang bullish prospek indeks harga saham gabungan (IHSG) pada Oktober 2024.

"Net sell asing ini hanya sementara, dana asing bisa masuk kembali," ujar Senior Research Analyst Lotus Andalan Sekuritas Fath Aliansyah pada Jumat (11/10/2024). 

Dia menjelaskan pergerakan IHSG beberapa pekan terakhir dipengaruhi oleh stimulus China dan data ekonomi AS yang di atas ekspektasi. 

Sementara itu, Senior Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menilai net sell yang terjadi pada IHSG lebih disebabkan oleh IHSG yang pada bulan lalu telah meninggalkan level 7.910. 

Menurut Nafan, euforia tersebut telah mereda, dan ditambah dengan adanya stimulus jumbo dari China yang membuat aliran modal investor asing keluar dari pasar modal Indonesia.  

"Belum lagi ditambah geopolitical risk sentiment, terutama di kawasan Timur Tengah. Jadi itu yang membuat pasar modal kita mengalami net sell," kata Nafan.

Meski begitu, menurutnya ada peluang penguatan IHSG dari adanya potensi penurunan suku bunga acuan dari The Fed masih tetap terbuka lebar pada November maupun Desember mendatang.

"Apalagi kita melihat The Fed lebih cenderung data dependency, kita lihat US CPI sudah cooling down. Jadi ini membuka ruang bagi The Fed untuk menerapkan kebijakan pelonggaran moneter," tutur dia.  

Sementara itu, dari domestik sentimen menurutnya lebih cenderung terkait dengan data makro ekonomi, dengan konsumen yang cenderung melakukan saving atau menabung. Hal tersebut terlihat dari deflasi yang terjadi salam 5 bulan berturut-turut. 

Nafan memproyeksikan pergerakan IHSG masih bisa bullish selama Oktober ini. Dia mengamati selama 8 tahun terakhir, IHSG pada Oktober selalu ditutup pada level positif. 

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper