Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Meski Pendapatan Naik, Garuda Indonesia (GIAA) Cetak Rugi Bersih US$101,65 Juta Semester I/2024

PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) telah membukukan rugi bersih yang diatribusikan kepada pemilik sebesar US$101,65 juta atau Rp1,54 triliun pada semester I/2024.
Pesawat Citilink (atas) saat akan mendarat dan pesawat Garuda Indonesia yang akan lepas landas di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (18/2/2019)./Bisnis-Paulus Tandi Bone
Pesawat Citilink (atas) saat akan mendarat dan pesawat Garuda Indonesia yang akan lepas landas di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (18/2/2019)./Bisnis-Paulus Tandi Bone

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten maskapai pelat merah PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) telah membukukan rugi bersih yang diatribusikan kepada pemilik sebesar US$101,65 juta atau Rp1,54 triliun (estimasi kurs Rp15.195 per dolar AS) pada semester I/2024. Rugi bersih GIAA membengkak dibandingkan dengan realisasi pada semester I/2023.

Berdasarkan laporan keuangan per 30 Juni 2024 yang diaudit, GIAA sebenarnya telah mencatatkan peningkatan pendapatan usaha 18,26% secara tahunan (year on year/YoY) menjadi US$1,62 miliar atau Rp24,62 triliun pada semester I/2024. 

Pendapatan usaha GIAA dari penerbangan berjadwal mencapai US$1,27 miliar, naik 15,72% YoY. Sementara itu, pendapatan dari penerbangan tidak terjadwal GIAA naik 24,92% YoY menjadi US$178,96 juta.

Meski kinerja pendapatan moncer, tetapi Garuda Indonesia mencatatkan pembengkakan beban usaha dari US$1,24 miliar pada semester I/2023 menjadi US$1,53 miliar pada semester I/2024.

Tercatat, beban operasional penerbangan GIAA naik dari US$729,49 juta menjadi US$839,12 juta. Lalu, beban pemeliharaan dan perbaikan naik dari US$159,49 juta menjadi US$257,57 juta. 

Selain itu, beban kebandaraan naik dari US$97,15 juta menjadi US$123,05 juta dan beban pelayanan penumpang membengkak dari US$80,36 juta menjadi US$107,16 juta. 

Alhasil, rugi bersih yang diatribusikan kepada pemilik membengkak 32,88% YoY menjadi US$101,65 juta pada semester I/2024, dari sebelumnya US$76,5 juta pada semester I/2023.

Sebelumnya, Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menyebutkan pihaknya menargetkan kerugian yang diderita GIAA dapat berbalik positif pada tahun ini. Perbaikan pada sisi laba bersih, lanjutnya, akan ditopang oleh pertumbuhan pendapatan yang ditargetkan dobel digit.  

Guna mencapai target tersebut, Irfan menyebut GIAA menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) yang tidak terlalu banyak. Namun dia enggan merincikan. 

Sementara itu, anggaran belanja operasional (operational expenditure/opex) juga akan digunakan untuk rencana penambahan 8 armada pesawat baru sepanjang 2024.  

GIAA sendiri telah mencatatkan aset sebanyak US$6,54 miliar pada semester I/2024, susut 2,71% sepanjang tahun berjalan (year to date/YtD). Adapun, liabilitas GIAA susut 0,96% ytd menjadi US$7,93 miliar pada semester I/2024.

Garuda Indonesia telah mencatatkan kas dan setara kas sebesar US$229,11 juta pada semester I/2024, susut 46,48% YoY.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper