Bisnis.com, JAKARTA — Emiten lokapasar PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA) mengawali sesi perdagangan Selasa (30/4/2024) dengan bergerak ke zona hijau.
Harga saham BUKA langsung menguat ke Rp124 pada awal perdagangan Selasa (30/4/2024). Rapor tersebut melanjutkan tren positif pada pekan terakhir April 2024.
Dalam sesi Senin (29/4/2024), harga saham BUKA parkir di zona hijau dengan menguat 0,83% ke Rp121. Kendati demikian, investor asing masih menekan dengan aksi jual dengan catatan net sell Rp154,35 miliar periode berjalan 2024.
Bukalapak telah merilis kinerja keuangan periode kuartal I/2024. Hasilnya, emiten lokapasar itu mampu menekan kerugian menjadi Rp41,96 miliar di kuartal I/2024.
Tercatat, rugi bersih BUKA turun 95,83% menjadi Rp41,96 miliar pada kuartal I/2024. Posisi itu lebih rendah dari Rp1 triliun periode kuartal I/2023.
Dalam pemberitaan Bisnis sebelumnya, Presiden Bukalapak Teddy Oetomo menuturkan pencapaian kuartal I/2024 ini adalah salah satu momen penting dalam sejarah BUKA.
Baca Juga
"Untuk pertama kalinya, kami meraih keuntungan berbasis EBITDA yang Disesuaikan per kuartal/2024. Hasil yang luar biasa ini dicapai melalui pertumbuhan pendapatan yang kuat, take rate yang terus meningkat terutama di segmen online to offline, serta upaya pengendalian biaya operasional yang efektif," kata Teddy dalam keterangan resminya, Senin (29/4/2024).
Sebagai informasi, EBITDA yang Disesuaikan BUKA pada kuartal I/2024 positif sebesar Rp15 miliar, dan menunjukkan peningkatan Rp224 miliar YoY.
Dia melanjutkan, BUKA akan terus berfokus untuk mencapai tujuan pertumbuhan dan keuntungan yang berkelanjutan di kuartal-kuartal mendatang, terutama sepanjang tahun 2025. BUKA juga akan terus memanfaatkan peluang pertumbuhan dalam bisnis Mitra Bukalapak, gaming, dan e-retail milik mereka.
Sementara itu, margin kontribusi BUKA secara keseluruhan, dihitung sebagai laba kotor setelah biaya penjualan dan pemasaran, meningkat dari Rp104 miliar di kuartal I/2023 ke Rp124 miliar di kuartal I/2024.
Lebih lanjut, Teddy menuturkan BUKA berharap pendapatan dapat meningkat antara 15%-20% YoY menjadi setidaknya Rp5,10 triliun, dengan EBITDA yang Disesuaikan diharapkan melebihi Rp200 miliar di tahun penuh 2024.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.