Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah ke Rp15.920 pada Rabu (3/4/2024). Pelemahan ini terjadi seiring pejabat The Fed yang memberikan sinyal untuk mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama.
Mengutip data Bloomberg, rupiah ditutup melemah 23 poin atau 0,14% menuju level Rp15.920 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS juga melemah 0,01% menuju posisi 104,80.
Sementara itu, mata uang lain di Asia ditutup melemah. Yen Jepang, misalnya, menurun 0,09%, diikuti yuan China yang melemah 0,04% dan baht Thailand turun 0,17%. Selanjutnya, ringgit Malaysia melemah 0,03%, peso Filipina turun 0,17% dan rupee India terkoreksi 0,06%.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyatakan dolar AS melonjak dalam beberapa sesi terakhir karena beberapa pejabat The Fed memperingatkan, bank sentral dapat mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama dalam menghadapi inflasi
“Isyarat lebih lanjut mengenai hal tersebut akan dirilis pada Jumat pekan ini, dengan data nonfarm payrolls untuk bulan Maret,” ujarnya dalam publikasi riset, Rabu (3/4/2024).
Menurutnya, angka nonfarm payrolls secara konsisten melampaui ekspektasi dalam beberapa bulan terakhir, di tengah kekuatan yang terus-menerus dalam sektor tenaga kerja AS.
Baca Juga
Selain itu, kata Ibrahim, risk appetite mendapat pukulan baru setelah gempa bumi di Taiwan menghancurkan infrastruktur pulau tersebut serta pabrik-pabrik chip terkemuka, dan memicu peringatan Tsunami di beberapa wilayah Jepang.
Di sisi lain, data PMI swasta sektor jasa Tiongkok menunjukkan pertumbuhan pada Maret. Angka ini muncul beberapa hari setelah PMI resmi sektor manufaktur Tiongkok bertengger di zona positif, yang menandakan membaiknya kondisi ekonomi negara tersebut.
Dari dalam negeri, tingkat inflasi Indonesia pada Maret 2024 tercatat sebesar 0,52% secara bulanan (month-to-month/MtM) atau mencapai 3,05% secara tahunan (year-on-year/YoY). Para ekonom memprediksi inflasi pada April 2024 masih tinggi.
Realisasi inflasi pada Maret 2024 masih berada dalam kisaran target 2024 yaitu 1,5%-3,5%. Namun, angka ini tertinggi sejak Agustus 2023, dengan harga-harga pangan naik paling signifikan dalam 18 bulan terakhir atau bertepatan dengan Ramadan dan jelang Lebaran.
“Peningkatan inflasi pada Maret 2024 terutama didorong oleh inflasi harga bergejolak, khususnya harga makanan, yang dipengaruhi oleh faktor-faktor di sisi penawaran dan permintaan,” ujar Ibrahim.
Selain itu, pasokan bahan makanan domestik terus terganggu akibat dampak El Nino yang masih berlangsung, meskipun pada tingkat yang lebih rendah dari periode sebelumnya.
Adapun permintaan bahan makanan naik karena dampak musiman dari bulan Ramadan, dan memiliki potensi untuk melanjutkan risiko inflasi jangka pendek. Hal ini terutama pada periode April 2024 yang bertepatan dengan momentum Idulfitri.
Meski demikian, risiko inflasi terkait harga pangan akan berkurang seiring meredanya efek El-Nino pada semester II/2024. Namun, tekanan inflasi pada periode ini dapat muncul dari inflasi inti akibat penerapan cukai plastik dan minuman kemasan berpemanis.
Dengan seluruh faktor tersebut, Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif pada perdagangan Kamis (4/4) tetapi ditutup melemah pada rentang Rp15.910 – Rp15.960.