Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan BUMN konstruksi, mulai dari PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) hingga PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI) tercatat sebagai pihak berelasi. yang membeli produk semen PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. (SMGR) atau SIG.
Berdasarkan laporan keuangan konsolidasi per akhir 2023, SMGR membukukan pendapatan sebesar Rp38,65 triliun. Jumlah tersebut meningkat 6,25% jika dibandingkan dengan realisasi 2022 (year-on-year/YoY) yang mencapai Rp36,37 triliun.
Pendapatan SMGR pada tahun lalu ditopang oleh penjualan kepada pihak ketiga senilai Rp38,65 triliun, sementara penjualan pada pihak berelasi berkontribusi sebesar Rp2,25 triliun.
Terkait pendapatan yang bersumber dari pihak berelasi, PTPP menjadi BUMN Karya yang paling banyak membeli produk SMGR dengan nilai transaksi sebesar Rp117,57 miliar. Meski demikian, nilai tersebut menyusut 8,77% jika dibandingkan tahun sebelumnya.
Pada posisi berikutnya ada ADHI yang menyumbang Rp111,08 miliar atau tumbuh 42,60% YoY. Sementara itu, PT Wijaya Karya Beton Tbk. (WTON) membukukan transaksi sebesar Rp109,37 miliar pada 2023, meningkat 169,17% secara tahunan.
Selain itu, PT Hutama Karya (Persero) membeli produk SMGR dengan nilai transaksi mencapai Rp102,92 miliar. Jika dibandingkan dengan 2022, nilai tersebut melemah 33,80% YoY.
Baca Juga
Di sisi lain, SMGR membukukan volume penjualan semen sebanyak 40,62 juta ton pada 2023. Jumlah ini naik 10% secara tahunan karena ditopang pertumbuhan segmen curah dan ekspor.
Sekretaris Perusahaan SIG Vita Mahreyni memerinci bahwa peningkatan volume tersebut ditopang oleh penjualan semen curah domestik yang tumbuh 17,3% year-on-year (YoY), sementara segmen ekspor meningkat 42% YoY.
Menurutnya, pertumbuhan volume penjualan domestik khususnya segmen curah dikarenakan keterlibatan SIG dalam berbagai Proyek Strategis Nasional (PSN). Contohnya, pembangunan infrastruktur IKN Nusantara dan Jalan Tol Trans Sumatera.
Sementara itu, terdapat kenaikan beberapa akun biaya karena terdampak oleh meningkatnya bahan bakar minyak dan inflasi. Akan tetapi, melalui inisiatif optimalisasi operasional yang dijalankan pada 2023, perseroan mampu menekan total biaya per ton.
SIG juga berhasil mengurangi utang berbunga dan menurunkan beban keuangan yang berkontribusi pada peningkatan laba sebelum pajak yang tercatat naik menjadi Rp3,30 triliun.
Setelah diakumulasikan dengan beban dan pendapatan lain, SMGR mencatatkan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai Rp2,17 triliun, melemah 8,22% YoY. Laba per saham juga turun dari posisi Rp397 menjadi Rp321.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.