Bisnis.com, JAKARTA -- Harga minyak mentah dunia bergerak di zona merah. Para pedagang menunggu sinyal baru mengenai permintaan dan keseimbangan global pada Maret 2024.
Berdasarkan data Bloomberg, Senin (26/2/2024), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak April 2024 melemah -0,47% atau -0,36 poin menjadi US$76,13 per barel pada pukul 19.16 WIB. Sementara itu, harga minyak Brent kontrak April 2024 juga melemah -0,54% atau -0,44 poin ke US$81,16 per barel.
Harga minyak kini diperdagangkan dalam kisaran sempit sekitar US$3 per barel dalam dua minggu terakhir. Ketegangan di Timur Tengah dan pembatasan OPEC+ mengimbangi dampak produksi dari kelompok non-OPEC, termasuk Amerika Serikat (AS).
OPEC dan sekutunya diproyeksikan akan memperpanjang pemangkasan pasokan saat ini hingga kuartal berikutnya, pada pertemuan awal Maret 2024.
“Kami masih memperkirakan OPEC+ akan memperpanjang pengurangan produksi hingga kuartal II/2024, dan hanya secara bertahap dan sebagian menghapuskan paket terbaru mulai pada kuartal ketiga,” terang analis Goldman Sachs Group Inc. termasuk Daan Struyven dalam catatan.
Adapun, untuk saat ini, Goldman memperkirakan bahwa harga minyak akan berada tetap di kisaran US$70-US$90 ber barel.
Baca Juga
Kemudian, kabar positif datang dari China dengan adanya lonjakan jumlah perjalanan di tengah liburan Tahun Baru Imlek. Hal ini meningkatkan harapan akan pemulihan konsumsi yang lebih berkelanjutan.
Para pedagang juga berpendapat bahwa perusahaan penyulingan lokal telah mengambil kargo dari seluruh dunia, sejak liburan pertengahan pada Februari 2024, serta meningkatkan pasokan berjangka dari Arab Saudi untuk Maret 2024.
Timespread minyak kini telah bertahan dalam pola bullish backwardated. Harga minyak mentah fisik juga menguat dalam beberapa minggu terakhir lantaran para pembeli beralih ke AS untuk menghindari gangguan dari laut merah.
Selain itu, data inflasi AS juga akan membentuk ekspektasi mengenai kapan bank sentral Negeri Paman Sam tersebut akan mulai menurunkan suku bunganya, sehingga mempengaruhi permintaan energi dan arah dolar.
Adapun, untuk pasar yang lebih luas, ukuran mata uang AS bertahan sementara sebagian besar komoditas termasuk tembaga melemah bersama dengan minyak mentah.