Bisnis.com, JAKARTA – Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), Sunarso, menyatakan perseroan siap menebar dividen jumbo kepada pemegang saham, dengan kisaran rasio 70% – 80% dari laba bersih tahun 2023.
Sepanjang tahun 2023, bank pelat merah ini mencetak laba bersih konsolidasi sebesar Rp60,43 triliun. Capaian tersebut meningkat sebesar 17,55% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY) yakni Rp47,83 triliun.
“Saya ingin minimal 70% sampai 80% laba dibagi dalam bentuk dividen,” ujar Sunarso saat ditemui di Jakarta International Velodrome, Senin (12/2/2024).
Dia menuturkan bahwa rasio tersebut cukup realistis lantaran rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) BBRI mencapai 27%. Padahal, jika mengacu pada standar basel, kebutuhan untuk mengantisipasi seluruh jenis risiko hanya sebesar 17,5%.
Mengacu hal tersebut, Sunarso menyampaikan perseroan masih memiliki kelebihan modal hingga 10%. Dengan asumsi BBRI menggunakan CAR sebesar 2% per tahun, maka dalam kurun 4 – 5 tahun ke depan, perusahaan dinilai tidak membutuhkan penambahan modal.
Oleh karena itu, Sunarso memastikan bahwa BBRI tidak memiliki masalah jika sebagian besar laba bersih perusahaan dikonversikan menjadi dividen kepada pemegang saham, khususnya negara yang menggenggam 53,19% saham perseroan.
Baca Juga
“Dari laba BRI Rp60,4 triliun itu kalau dikali 80% berarti Rp48 triliun. Duit itu mengalir ke pemegang saham dalam hal ini pemerintah sebagai pemegang saham mayoritas,” tuturnya.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan, laba bersih emiten bank berkode BBRI ini terdorong oleh peningkatan pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) sebesar 8,5% YoY menjadi Rp135,18 triliun per akhir Desember 2023.
Selain itu, BBRI juga mencatatkan peningkatan pendapatan berbasis komisi atau fee based income sebesar 10,34% YoY menjadi Rp20,74 triliun sepanjang 2023. Sebagai perbandingan, periode yang sama tahun sebelumnya perseroan mengemas Rp18,79 triliun.
Dari sisi intermediasi, BBRI mencatatkan total kredit dan pembiayaan sebesar Rp1.266,43 triliun, atau naik 11,18% YoY. Perinciannya, kredit mencapai Rp1.197,75 triliun, pinjaman syariah sebesar Rp13,67 triliun dan piutang pembiayaan Rp55 triliun.
Seiring dengan hal tersebut, rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) gross BRI berada di level 3,12%, sementara NPL nett BRI tercatat sebesar 0,76% sepanjang 2023.
Sementara itu, dari sisi pendanaan, BRI meraup dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp1.358,33 triliun, naik 3,86% YoY. Dana murah atau current account savings account (CASA) BRI mencapai Rp874,07 triliun pada 2023 atau mencapai 64,35% dari total DPK.