Bisnis.com, JAKARTA - Emiten produsen baja, PT Gunung Raja Paksi Tbk. (GGRP) melakukan ekspor baja struktur sebanyak 1.500 metrik ton dengan senilai US$2 juta atau setara Rp31,1 miliar pada awal 2024.
Presiden Direktur GGRP Fedaus mengatakan ekspor produk tersebut dilakukan untuk mendukung pembangunan proyek Yukon Bridge di Kanada.
"Dengan Weather Resistance Grade, produk ini mengandung penambahan nikel untuk ketahanan korosi, menjadikannya pilihan ideal untuk konstruksi jembatan dalam cuaca ekstrem," kata Fedaus dalam keterangan resminya, Senin (15/1/2024).
Pada September 2020, GGRP juga melakukan ekspor perdana baja struktur ke Vancouver, Kanada sebanyak 4.600 ton atau senilai US$ 4,7 juta saat itu krisis pandemi Covid-19.
Adapun, selama tahun 2023 GRP telah membukukan capaian ekspor sebesar US$ 25 miliar. Pada tahun 2022 lalu, GRP juga melakukan ekspor baha senilai US$ 1 juta sebanyak 700 metrik ton ke Arizona, Amerika Serikat.
Capaian tersebut menjadi langkah untuk memperkuat posisi Indonesia di pasar global. Ekspor ini juga menunjukkan bahwa kualitas produk baja dalam negeri telah diakui oleh kancah dunia sehingga dapat menembus pasar internasional.
Baca Juga
"Komitmen kami tidak hanya pada peningkatan kualitas produk baja, tetapi juga pada peran kami dalam mendukung pembangunan infrastruktur di skala internasional," ujarnya.
Menurut Fedaus, kontribusi GGRP pada penguatan industri besi dan baja di Indonesia tidak hanya tentang nilai ekspor, melainkan juga terkait menciptakan dampak positif pada pertumbuhan ekonomi nasional.
"Perusahaan berkomitmen untuk terus berinovasi, menjaga standar kualitas tinggi, dan memainkan peran penting dalam membentuk citra positif Indonesia di dunia industri," tuturnya.
Ekspor ini menandai kekuatan industri logam dasar untuk tetap berekspansi di tengah perlambatan ekonomi global. Bersasarkan data Badan Pusat Statistik, ekspor besi dan baja mengalami penurunan ekspor sebesar 1,58% (year-on-year/yoy), namun naik 0,10% pasa Desember 2023.
Staf Ahli Bidang Iklim Usaha dan Investasi Kementerian Perindustrian, Doddy Rahadi mengatakan sektor industri baja dinilai telah memiliki daya saing yang sangat tinggi dibandingkan dengan negara-negara lain, sehingga dapat memenuhi kebutuhan pasar domestik dan global.
"Apalagi, industri logam dasar dikenal sebagai mother of industry, yang selama ini telah berperan penting memacu pertumbuhan ekonomi nasional," kata Doddy.
Kemenperin mencatat, pada kuartal III/2023, industri logam dasar tumbuh dua digit sebesar 10,86% (yoy). Capaian ini melampaui jauh dari pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 4,94% dan kinerja industri pengolahan nonmigas yang tumbuh berada di angka 5,02%.
“Pertumbuhan industri pengolahan nonmigas, khususnya sektor logam dasar ditopang oleh tingginya demand, di mana performa positif dari sektor industri logam dasar tersebut didukung oleh peningkatan permintaan pasar khususnya ekspor,” terangnya.