Bisnis.com, JAKARTA - Harga komoditas batu bara melemah setelah ditutup stagnan pada hari sebelumnya. Sementara itu, harga crude palm oil (CPO) menguat dengan pasar yang dibuka lebih tinggi karena minyak mentah dan penguatan Dalian.
Berdasarkan data Bloomberg pada Kamis (28/12/2023), harga batu bara ICE Newcastle kontrak Januari 2024 pada penutupan perdagangan Rabu (27/12) melemah -0,88% atau -1,25 poin ke level US$140 per metrik ton.
Adapun, kontrak pengiriman Februari 2024 ditutup melemah -0,55% atau -0,75 poin ke level US$136 per metrik ton.
Berdasarkan catatan Bisnis, JM Financial pada Rabu (27/12) menuturkan bahwa salah satu sektor yang mengalami pertumbuhan konsumsi batu bara adalah konversi batu bara ke bahan kimia. Salah satunya dilakukan melalui proses gasifikasi.
International Energy Agency (IEA) juga mengatakan bahwa tingkat pertumbuhan per tahun (CAGR) konsumsi batu bara yang digunakan untuk diubah menjadi gas, minyak dan pupuk, akan meningkat sebanyak 5% sepanjang 2022-2026.
Untuk diketahui, pada 2021 China telah menggunakan sebanyak 38 metrik ton batu bara untuk memproduksi sekitar 10 metrik ton setara produk minyak, dan cairan yang dihasilkan dari batu bara tersebut saat ini menyumbang 1% dari total konsumsi minyak di China.
Baca Juga
“Selama lebih dari satu dekade, konversi batu bara di China dipandang sebagai langkah strategis untuk mengurangi ketergantungan terhadap asing di tengah meningkatnya impor minyak dan gas dan untuk memonetisasi aset batu bara dalam negeri,” tulis JM Financial dalam risetnya.
Terkait hal tersebut, Mengutip Energyworld, sekretaris batu bara India Amrit Lal Meena mengatakan bahwa pemerintah telah memberitahukan dua kebijakan sehubungan dengan gasifikasi batu bara dan rencana untuk memberikan dukungan keuangan serta insentif pajak untuk proyek-proyek tersebut.
Dengan meluncurkan kebijakan untuk memberikan dukungan keuangan bagi proyek gasifikasi batu bara, meningkatkan produksi dan mendorong kegiatan penambahan bawah tanah, merupakan salah satu prioritas pemerintah untuk sektor batubara yang menjadi kunci untuk memenuhi peningkatan permintaan listrik di negara tersebut.
Sebelumnya, Menteri Energi India, Raj Kumar Singh, menjelaskan bahwa India akan menambah hampir 88 gigawatt kapasitas baru pada awal 2032, peningkatan 63% dari rencana sebelumnya yang diterbitkan pada Mei 2023.
Harga CPO
Harga (CPO) atau minyak kelapa sawit di bursa derivatif Malaysia pada Februari 2024 menguat 4 poin menjadi 3,747 ringgit per metrik ton. Kemudian, untuk kontrak Maret 2024 juga mengalami penguatan sebesar 3 poin menjadi 3,766 ringgit per metrik ton.
Mengutip Reuters, minyak kelapa sawit berjangka Malaysia telah naik pada sesi kedua pada Rabu (27/12) meskipun terdapat volume perdagangan yang rendah membatasi kenaikan tersebut.
Pasar juga dibuka sedikit lebih tinggi karena minyak mentah dan penguatan Dalian. Namun, seorang pedagang yang berbasis di Kuala Lumpur menuturkan bahwa perdagangan telah melesu dan sideways antara 3,775 ringgit hingga 3,785 ringgit.
"Perdagangan tipis karena sebagian besar pelaku pasar masih berlibur,” jelas pedagang tersebut.
Harga minyak pada Rabu (27/12) juga stabil setelah adanya kenaikan yang kuat pada bulan sebelumnya, karena investor memantau perkembangan Laut Merah. Beberapa pengirim barang besar juga melanjutkan perjalanannya meskipun serangan di Laut Merah terus berlanjut.
Adapun, prospek masa depan minyak mentah yang lebih lemah menjadikan kelapa sawit sebagai pilihan yang kurang menarik untuk bahan baku biodiesel.
Sebelumnya, menurut data Intertek Testing Services dan AmSpec Agri Malaysia, ekspor produk minyak sawit Malaysia pada 1-25 Desember 2023 diperkirakan turun antara 4%-16% dibandingkan November 2023.
Dewan Minyak Sawit Malaysia juga mengatakan bahwa Malaysia mempertahankan pajak ekspor minyak sawit mentah pada Januari 2024 sebesar 8% dan menaikkan harga referensi.
Kontrak minyak kedelai paling aktif di Dalian, DBYcv1, naik 1,29%. Kontrak minyak sawit, DCPcv1 juga meningkat 1,56%. Harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade (CBOT), BOcv1 naik 0,21%.
Berdasarkan data Bloomberg, mata uang perdagangan kontrak minyak kelapa sawit, Ringgit malaysia, ditutup menguat 0,19% terhadap dolar AS. Ringgit yang lebih kuat membuat minyak kelapa sawit kurang menarik bagi pemegang mata uang asing.