Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Komoditas Hari Ini (23/11): Batu Bara dan CPO Menguat Dua Hari Berturut-turut

Harga Batu bara dan CPO kembali melanjutkan penguatannya selama dua hari berturut-turut.
cpo, bwpt, eagle high/ Bisnis-Hafiyyan.
cpo, bwpt, eagle high/ Bisnis-Hafiyyan.

Bisnis.com, JAKARTA - Harga komoditas batu bara telah menguat di tengah India yang meminta perusahaan swasta berinvestasi di pembangkit listrik tenaga batu bara. CPO juga menguat di tengah ekspektasi produksi Malaysia yang melemah. 

Berdasarkan data Bloomberg, harga batu bara ICE Newcastle kontrak Desember 2023 menguat 0,95% atau 1,20 poin ke level US$127 per metrik ton. Kemudian, batu bara ICE Newcastle kontrak Januari 2024 juga menguat 1,02% atau 1,30 poin ke level US$128,85 per metrik ton.

Mengutip Reuters, Kamis (23/11/2023) India meminta perusahaan-perusahaan swasta meningkatkan investasi di pembangkit listrik tenaga batu bara. Hal ini untuk memenuhi peningkatan dramatis permintaan listrik dan menjembatani hampir 30 gigawatt kebutuhan tambahan pada 2030. 

Adapun, hal tersebut diserukan walaupun ada tekanan internasional untuk menghentikan pembangunan fasilitas seperti hal tersebut. 

Menteri Energi dan Energi Terbarukan India R K Singh di New Delhi meminta perusahaan swasta untuk berinvestasi di proyek-proyek batu bara dan menyampaikan agar tidak melewatkan kesempatan pertumbuhan. Kemudian, setelah lebih dari seribu pekerjanya pergi untuk melawan invasi Rusia, sebuah perusahaan pertambangan batu bara di Ukraina timur mengalami kekurangan staf.

Akibatnya, Ukraina mengizinkan perempuan untuk bekerja di bawah tanah, untuk pertama kalinya dalam sejarah. Lebih dari seratus orang menerima tawaran ini. 

Berdasarkan catatan Bisnislobi VDKi menuturkan bahwa para importir batu bara keras Jerman ingin pemerintah memperpanjang pengoperasian pembangkit listrik batubara keras, melewati batas waktu Maret 2024. 

Di lain sisi, Prancis, yang didukung oleh Amerika Serikat (AS), berencana untuk menghentikan pendanaan swasta untuk pembangkit listrik berbasis batu bara dalam konferensi iklim PBB bulan ini. India sudah mendapatkan kabar ini. 

Hal ini dapat memperdalam perpecahan di KTT COP28 di Dubai mulai 30 November hingga 12 Desember 2023, menimbang India dan China menentang upaya apapun untuk menghentikan pembangunan pembangkit listrik tenaga batu bara untuk memenuhi kebutuhan energi mereka yang besar. 

Harga CPO

Harga crude palm oil (CPO) atau minyak kelapa sawit untuk kontrak Desember 2023 di bursa derivatif Malaysia menguat 35 poin menjadi 3,854 ringgit per metrik ton. Sementara, untuk kontrak Januari 2024 juga menguat 37 poin menjadi 3,944 ringgit per metrik ton.

Mengutip Reuters, Harga minyak sawit berjangka Malaysia naik pada Rabu (22/11/2023) untuk sesi ketiga berturut-turut, didukung oleh menguatnya minyak nabati, ringgit yang lebih lemah dan ekspektasi produksi yang lebih rendah.

“Harga minyak sawit berjangka mengikuti pasar eksternal yang mendukung dan ringgit yang lemah, ditambah dengan ekspektasi produksi dalam tren menurun mulai bulan ini,” jelas seorang pedagang yang berbasis di Kuala Lumpur. 

Pedagang juga menuturkan bahwa ekspor yang lemah mungkin membatasi kenaikan. Berdasarkan data  surveyor Intertek Testing Services dan AmSpec Agri Malaysia, ekspor produk minyak sawit Malaysia selama 1-20 November 2023 diperkirakan turun antara 2%-9% dari bulan sebelumnya. 

Impor minyak sawit Uni Eropa sejauh ini pada musim 2023/24, yang dimulai pada bulan Juli 2023, mencapai 1,32 juta ton pada 19 November 2023. Angka tersebut lebih kecil dibandingkan dengan 1,46 juta ton pada tahun sebelumnya.

Minyak kelapa sawit biasanya dipengaruhi oleh harga minyak nabati. Hal ini akibat keduanya bersaing untuk mendapatkan pangsa pasar global. 

Berdasarkan data Bloombergringgit Malaysia melemah 0,51% terhadap dolar.  Melemahnya ringgit membuat minyak sawit lebih menarik bagi pemegang mata uang asing.

Sebelumnya berdasarkan catatan Bisnis, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) menuturkan bahwa ekspor  minyak kelapa sawit Indonesia pada September turun 21% jika dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun lalu.

Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) juga sedang mengembangkan sistem baru untuk melacak asal-usul kelapa sawit dan kredensial lingkungan, atas tanggapan terhadap permintaan pembeli untuk bukti keberlanjutan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper