Bisnis.com, JAKARTA - Emiten rokok PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) menargetkan fasilitas produksi sigaret kretek tangan (SKT) Sampoerna di Blitar, Jawa Timur, dan Tegal, Jawa Tengah, dapat beroperasi pada semester I/2024.
Presiden Direktur Sampoerna Vassilis Gkatzelis menyampaikan sejalan dengan tren pemulihan segmen SKT, HMSP sebagai produsen SKT dengan merek dagang Dji Sam Soe dan Sampoerna Kretek, mengumumkan rencana penyerapan puluhan ribu tenaga kerja baru yang akan tersebar di provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Jawa Barat untuk fasilitas produksi SKT.
"Penyerapan tenaga kerja ini akan secara langsung membuka lapangan kerja baru, sekaligus juga menciptakan efek berganda bagi masyarakat setempat," jelasnya dalam siaran pers, Kamis (23/11/2023).
Realisasi rencana tersebut akan dimulai dengan pembukaan fasilitas produksi baru SKT Sampoerna di Kota Blitar, Jawa Timur, dan Kabupaten Tegal, Jawa Tengah yang dijadwalkan mulai beroperasi pada semester I/2024. Saat ini, pemilihan lokasi dan proses persiapan tengah dilakukan di kedua area tersebut, termasuk rencana perekrutan karyawan.
Menurut Vassilis Gkatzelis, sebagai perusahaan yang telah beroperasi selama 110 tahun di Indonesia, penambahan fasilitas produksi SKT Sampoerna memerlukan investasi mencapai Rp638 miliar (sekitar US$42 juta). Fasilitas tersebut akan memperkuat portofolio SKT Sampoerna yang telah dimulai sejak tahun 1913.
HMSP juga mengapresiasi upaya Pemerintah untuk menjaga iklim usaha dan investasi yang kondusif serta terprediksi di Indonesia, termasuk kebijakan yang mendorong kinerja sektor padat karya SKT. Upaya ini secara langsung berdampak positif pada penciptaan lapangan kerja di sektor formal dan perputaran ekonomi daerah yang selanjutnya turut meningkatkan perekonomian nasional.
Baca Juga
Dalam kesempatan terpisah, Sampoerna telah melaporkan rencana ini kepada Kepala Daerah dan dinas terkait setempat.
“Kami mengucapkan terima kasih atas sambutan positif serta dukungan pemerintah daerah terhadap rencana kami untuk menambah serapan tenaga kerja di Kota Blitar dan Kabupaten Tegal. Kami berharap dukungan pemerintah daerah maupun pusat terus berlanjut dalam bentuk kebijakan yang mendukung sektor industri padat karya SKT,” Vassilis menambahkan.
Saat ini, Sampoerna mengoperasikan 4 fasilitas produksi SKT di Surabaya, Malang, dan Probolinggo; 2 fasilitas produksi sigaret mesin di Pasuruan dan Karawang; serta 1 fasilitas produksi produk tembakau inovatif bebas asap di Karawang.
Selain itu, Sampoerna juga bermitra dengan 38 Mitra Produksi Sigaret (MPS) yang tersebar di 28 Kabupaten/Kota di Pulau Jawa. MPS dimiliki dan dioperasikan oleh pengusaha daerah dan/atau koperasi setempat untuk memproduksi merek-merek SKT Sampoerna.
Total tenaga kerja Sampoerna saat ini mencapai lebih dari 76.000 orang, secara langsung dan tidak langsung, di mana sekitar 90% di antaranya adalah pekerja fasilitas produksi SKT.
Selain pembukaan fasilitas produksi SKT Sampoerna di Kota Blitar dan Kabupaten Tegal, juga akan terjadi penambahan serapan puluhan ribu tenaga kerja baru yang dilakukan oleh MPS di provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Barat, serta penambahan 5 MPS baru yang akan berlokasi di Jawa Timur dan Jawa Tengah di semester I/2024.
“Pada tahun 2024, mitra kami dalam memproduksi SKT Sampoerna akan menjadi 43 MPS yang tersebar di di Pulau Jawa. Penambahan fasilitas produksi Sampoerna maupun MPS tidak saja akan menambah kemitraan dengan pengusaha daerah/koperasi setempat serta total serapan tenaga kerja, namun juga akan meningkatkan penyerapan bahan baku tembakau dan cengkih dari petani Indonesia. Seperti diketahui, penggunaan bahan baku rokok buatan tangan membutuhkan dua kali lebih banyak tembakau dan cengkih dibandingkan rokok buatan mesin,” jelas Vassilis.
Kelangsungan industri tembakau nasional bergantung pada kerangka kerja yang terprediksi, meliputi kebijakan cukai, regulasi produk tembakau, serta kebijakan lain yang yang berperan penting dalam mendorong inovasi dan teknologi, berdasarkan sains untuk menawarkan alternatif produk tembakau yang lebih baik bagi perokok dewasa.
Hal ini akan berdampak langsung terhadap produsen, serapan tenaga kerja, penggunaan bahan baku tembakau dan cengkih, dan keseluruhan rantai nilai sehingga menciptakan nilai ekonomi di tingkat daerah dan nasional.
Kinerja HMSP
HMSP mencatatkan peningkatan penjualan dan laba bersih selama Januari-September 2023. Penjualan HMSP mencapai Rp87,29 triliun dengan raihan laba bersih Rp6,20 triliun.
HMSP membukukan penjualan bersih sebesar Rp87,29 triliun pada Januari-September 2023. Penjualan tersebut meningkat 4,67% dibandingkan dengan Rp83,39 triliun per September 2022.
Pertumbuhan penjualan tersebut dibukukan Sampoerna meskipun mayoritas segmen memperlihatkan penurunan. Segmen sigaret kretek mesin (SKM) sebagai kontributor penjualan terbesar tercatat turun dari Rp55,06 triliun per September 2022 menjadi Rp53,40 triliun per September 2023.
Segmen sigaret putih mesin juga memperlihatkan penurunan dari Rp7,02 triliun menjadi Rp6,12 triliun. Namun segmen sigaret kretek tangan (SKT) tumbuh menjadi Rp25,66 triliun dibandingkan dengan Rp19,65 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Meningkatnya kinerja top line HMSP diikuti dengan kenaikan beban pokok penjualan menjadi Rp72,85 triliun per September 2023 dibandingkan dengan Rp70,94 triliun per September 2022.
Kenaikan beban pokok penjualan lebih rendah daripada kenaikan penjualan, terutama disebabkan oleh beban pita cukai yang justru turun dari Rp50,34 triliun per September 2022 menjadi Rp48,81 triliun per kuartal III/2023.
Adapun laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk tercatat naik 26,58 persen menjadi Rp6,20 triliun sepanjang Januari-September 2023. Per kuartal III/2022 laba bersih yang dikantongi HMSP sebesar Rp4,90 triliun.
Laba per saham HMSP pun naik menjadi Rp53 per September 2023 dibandingkan dengan sebelumnya Rp42 per saham.
Penjualan Rokok HMSP
Volume penjualan rokok PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) menembus 63,1 miliar batang sepanjang 9 bulan 2023. HMSP pun menguasai 28,8 persen pangsa pasar rokok di Indonesia.
Selama 9 bulan 2023, HMSP menjual sebanyak 63,1 miliar batang, turun 3,9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 65,6 miliar batang.
Sepanjang Januari—September 2023, pangsa pasar Sampoerna bertengger di 28,8% atau naik 0,3 poin dibandingkan kuartal 9 bulan 2022 sebesar 28,5%.
Berdasarkan laporan pengendali HMSP, Philip Morris International, total pasar rokok Indonesia pada kuartal III/2023 menembus 219,1 miliar batang, turun 5,0% secara tahunan (year-on-year/YoY) daripada kuartal III/2022 yang berada di angka 230,6 miliar batang.
Terkoreksinya volume rokok yang dijual sepanjang 9 bulan 2023 sejalan dengan laporan Philip Morris pada awal 2023. Mereka mengestimasi volume total industri tembakau global pada 2023 akan turun 1 persen sampai 2 persen. Estimasi ini tanpa memperhitungkan China dan Amerika Serikat.
Secara kumulatif pada tiga bulan di kuartal III/2023, penjualan rokok Sampoerna turun daripada periode yang sama tahun sebelumnya. Penjualan rokok Sampoerna pada kurun Juli—September 2023 menembus 22,5 miliar batang meningkat dibandingkan dengan April—Juni 2023 yang berjumlah 20,8 miliar batang.
Meski demikian, pertumbuhan volume secara kuartalan ini tidak membuat total pangsa pasar HMSP naik secara kuartalan. Pangsa pasar HMSP secara kuartalan tetap sama, yakni 28,9%.
Sepanjang Januari—September 2023, pangsa pasar Sampoerna bertengger di 28,8% atau naik 0,3 poin daripada 9 bulan 2022 sebesar 28,5%.
Chief Financial Officer Phillip Morris Internasional Emmanuel Babeau dalam presentasinya mengatakan portofolio Phillip Morris mencatatkan pertumbuhan pendapatan bersih organik yang kuat sebesar 6,2% pada kuartal III/2023 dan 5,6% sepanjang 9 bulan 2023.
Dalam hal penetapan harga, lanjutnya, portofolio PMI di Indonesia dan Jerman berkontribusi signifikan terhadap PMI.
"Dengan penetapan harga yang lebih baik pada kuartal III/2023 sebesar 9% dan sepanjang tahun ini sebesar 8,6%, kami sekarang memperkirakan peningkatan sepanjang tahun sebesar 8% hingga 8,5%," kata Emmanuel.
Sebagai informasi, hingga semester I/2023 HMSP membukukan penjualan bersih sebesar Rp56,15 triliun. Penjualan tersebut naik 4,95% dibandingkan dengan semester I/2022 sebesar Rp53,5 triliun.
Adapun laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk HMSP naik 23,03% menjadi Rp3,75 triliun di semester I/2023. Pada semester I/2023, HMSP tercatat hanya membukukan laba bersih sebesar Rp3,04 triliun.