Bisnis.com, JAKARTA --Eksistensi Bursa Karbon Indonesia disambut positif oleh dunia usaha di Tanah Air. Peluang carbon trading dinilai sebagai katalis yang dapat mendorong transisi energi, transformasi menuju industri hijau, serta upaya dekarbonisasi demi mencapai target Net Zero Emission Indonesia.
Bursa Karbon Indonesia diresmikan pada 26 September 2023. Sejumlah perusahaan lintas sektor menjadi partisipan pembeli unit karbon dalam perdagangan perdana IDX Cabon.
Bobby Gafur Umar, Ketua Bidang Industri Manufaktur Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), mengatakan Bursa Karbon Indonesia menjadi terobosan dalam mekanisme jual beli kredit karbon. Sebelumnya, lanjut Bobby, transaksi perdagangan karbon dilakukan secara business to business (B2B) antara perusahaan pemilik unit karbon dengan pembeli.
“Intinya kami menyambut baik kehadiran Bursa Karbon Indonesia dan kami melihat perkembangannya. Mungkin pada tahap awal ini tidak terlalu cepat tetapi pada 2024 akan lebih bergairah karena mendekati penerapan carbon tax pada 2025,” ujarnya dihubungi Bisnis.com, Selasa (14/11).
Ke depan, eksistensi Bursa Karbon Indonesia juga disebut membuka peluang bagi perusahaan-perusahaan industri hijau untuk mendapatkan pendapatan tambahan dari penjualan kredit karbon.
Untuk lebih menggairahkan IDX Carbon, lanjut Bobby, diperlukan sejumlah aspek pendukung, seperti aturan pajak transaksi karbon.
Menurutnya, dunia usaha tengah bergerak untuk melaksanakan rencana transisi ke industri hijau yang berujung pada green economy. Bobby menambahkan langkah itu juga sejalan dengan komitmen Indonesia dalam Paris Agreement dan target Net Zero Emission 2060. Ditambah lagi, berdasarkan dokumen National Determined Contribution (NDC), Indonesia menetapkan target pengurangan emisi Gas Rumah Kaca sebesar 29% dengan usaha sendiri dan 41% dengan dukungan internasional pada 2030.
Seirama, Kepala Kadin Net Zero Hub Dharsono Hartono mengatakan pihaknya memandang positif Bursa Karbon Indonesia sebagai salah satu elemen dalam mendukung ekosistem keberlanjutan di Indonesia dengan tetap mendorong dekarbonisasi industri sebagai salah satu pendorong utama dalam perjalanan net zero perusahaan-perusahaan di Indonesia.
Menurut Dharsono, Net Zero Hub saat ini telah menjadi salah satu program unggulan Kadin selain Regenerative Forest dan Carbon Center of Excellence. Saat ini, Kadin Net Zero Hub telah memiliki 80 anggota dengan 20 anggota sudah menjadi graduate Corporate Assistance Program.
“Kadin Net Zero Hub berfungsi sebagai platform bagi para pelaku usaha khususnya dalam penyediaan informasi framework dekarbonisasi dan menjadi etalase dalam bagaimana sektor swasta bisa ambil peran dalam mendukung target net zero pemerintah,” ujarnya.
Saat ini diperlukan kolaborasi dari berbagai sektor riil, serta regulasi yang mendukung perkembangan Bursa Karbon Indonesia. Terlebih sebagai institusi finansial yang mengedepankan aspek ESG, Bank Mandiri berharap untuk dapat berperan aktif dan berkontribusi dalam mengakselerasi perdagangan karbon dan mendukung transisi ke low carbon economy.
Di sisi lain yang paling diharapkan saat ini adalah adanya kebijakan yang mengatur batas emisi karbon dan skema perdagangan karbon dari kementerian-kementerian yang relevan termasuk di sektor perbankan.
Dengan regulasi yang jelas, perusahaan dan sektor industri akan lebih termotivasi mengurangi emisi karbon, dan perdagangan karbon dapat menjadi alat yang efektif mencapai tujuan ini. Kehadiran regulasi akan membantu perbankan, salah satunya Bank Mandiri, dalam menciptakan kerangka kerja yang memungkinkan peran aktif dalam bursa karbon.
Untuk menggali dan memahami lebih dalam terkait perdagangan karbon, regulasi yang dibutuhkan, dinamika serta tren masa depan, Bank Mandiri menggelar Mandiri Sustainability Forum (MSF) pada Kamis, 7 Desember 2023. Forum yang diselenggarakan 2 tahun berturut-turut ini juga dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran ESG di kalangan pemimpin bisnis, pembuat kebijakan, investor dan seluruh pemangku kepentingan.