Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Bisnis-27 ditutup melemah 0,27 persen ke 610,73 pada penutupan perdagangan akhir pekan, Jumat (11/8/2023). Pergerakan indeks sejalan dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang ditutup di zona merah dengan penurunan 0,19 persen ke 6.879,98.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks hasil kerja sama dengan harian Bisnis Indonesia ini turun 1,65 poin dibandingkan dengan posisi sehari sebelumnya. Indeks bergerak di level terendah 609,26 dan tertinggi 613,41.
Dari 27 konstituen, 11 saham ditutup menguat, 6 saham parkir di posisi yang sama dengan penutupan kemarin dan sisanya 10 saham parkir di zona merah.
Saham PT Mitra Adiperkasa Tbk. (MAPI) menjadi yang naik paling tinggi saat penutupan meskipun indeks turun. MAPI Parkir di Rp2.030 per saham atau naik 3,05 persen dibandingkan dengan harga pada penutupan kemarin.
Saham PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. (AMRT) menyusul dengan kenaikan 1,80 persen sehingga menutup perdagangan di level Rp2.830 per saham. Selanjutnya SMGR dan UNVR masing-masing naik 1,13 persen dan 0,54 persen.
Sementara itu, saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) menjadi yang terkoreksi paling dalam. ITMG turun 2,73 persen ke posisi Rp27.600 per saham. Selanjutnya saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) melemah 2,49 persen ke Rp2.350 per lembar.
Baca Juga
Saham-saham lain yang melemah adalah AKRA, UNTR, dan MIKA masing-masing sebesar 1,95 persen, 1,81 persen, dan 1,79 persen. MTEL dan INKP juga mengalami penurunan masing-masing sebesar 1,40 persen dan 1,02 persen.
Sementara itu, IHSG melemah di tengah respons pasar atas data inflasi Amerika Serikat, sekaligus ekspektasi terhadap arah kebijakan The Fed selanjutnya.
Tingkat inflasi tahunan di AS tercatat naik menjadi 3,2 persen pada Juli 2023 dari 3 persen pada Juni 2023, sementara ekspektasi pasar sebesar 3,3 persen.
Pelemahan juga terjadi sebagai reaksi atas meningkatnya ketegangan China dan Amerika Serikat. Ketegangan antara kedua negara muncul kembali setelah Presiden Biden minggu ini menandatangani kontrak perintah eksekutif yang secara sempit akan melarang investasi AS tertentu dalam teknologi sensitif di China. Sementara itu, China menuduh AS mengejar hegemoni teknologi dan menuntut AS segera mencabut keputusannya.