Bisnis.com, JAKARTA - Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke 42 Asean dilaksanakan di Labuan Bajo Nusa Tenggara Timur (NTT) pada 9—11 Mei 2023. Tema utama yang diusung Indonesia adalah Asean Matters, Epicentrum of Growth. Secara sektoral, salah satu agenda strategis yang dapat diintrodusir oleh Indonesia adalah pengendalian pasokan (supply restriction) dan harga (price fixing) karet alam global.
Gagasan ini didasarkan pada fakta bahwa pasar karet alam dan produk turunannya ditandai oleh struktur pasar oligopoli pada sisi produsen dan oligopsoni pada sisi pembeli. Struktur pasar oligopoli ditandai oleh penguasaan pasar beberapa perusahaan di negara produsen karet alam. Sementara struktur pasar oligopsoni berkaitan dengan dominasi pembelian produk karet alam oleh hanya beberapa pembeli besar.
Produksi karet alam global yang mencapai sekitar 12,6 juta ton terkonsentrasi pada lima negara produsen karet alam terbesar dunia, yaitu Thailand dengan total produksi 3,913 juta ton, Indonesia sebesar 2,821 juta ton, Malaysia sebesar 0,910 juta ton, India sebesar 0,810 juta ton, dan China sebesar 0,786 juta ton.
Lima besar negara produsen karet alam menguasai kurang lebih 80% produksi karet alam dunia, di mana Thailand dan Indonesia menguasai lebih dari separuh produksi karet alam dunia, yaitu Thailand sekitar 31% dan Indonesia sekitar 22,39%. Sementara negara lainnya memiliki kontribusi kurang dari 10% terhadap produksi karet alam global.
Sementara pada sisi pembeli terkonsentrasi hanya pada beberapa pembeli besar, yaitu perusahaan ban mobil, sepeda motor, sepeda dan alas kaki. Industri manufaktur ban global menguasai lebih dari 70% pembelian produksi karet alam global. Sementara kurang dari 30% diserap oleh industri alas kaki dan industri berbahan baku karet alam lainnya.
Struktur pasar oligopoli dan oligopsoni melahirkan isu pengendalian harga karet alam global oleh hanya beberapa perusahaan. Posisi tawar negara produsen lebih lemah terhadap beberapa pembeli mengingat lebih dari 75% pasar karet alam tergantung pada hanya 7—10 pembeli besar, khususunya industri manufaktur ban mobil, sepeda motor dan sepeda.
Baca Juga
Sementara pada sisi produsen sangat sulit membentuk kartel dengan cara membuat kesepakatan harga dan kesepakatan untuk membatasi pasokan karet alam (output restriction) ke pasar. Salah satu penyebabnya adalah lemahnya diversifikasi produk hilir karet dan kuatnya hubungan antara petani karet rakyat dengan pembeli karet alam.
Struktur pasar karet alam global mirip dengan struktur pasar minyak bumi. Di mana hanya ada beberapa negara yang menguasai produksi minyak bumi dunia. Pada awalnya, penentu harga minyak bumi global adalah beberapa negara dengan perusahaan raksasa eksplorasi minyak yang disebut The Seven Mayors. Perusahaan tersebut berasal dari negara-negara maju, seperti Inggris, Jepang, Amerika Serikat, dan Jerman.
Akibatnya, harga minyak dunia mengalami penurunan sangat ekstrem akibat dugaan abused of market power, yaitu dugaan penyalahgunaan posisi dominan oleh The Seven Mayors. The Seven Mayors menguasai industri minyak dan menetapkan harga minyak di pasar internasional secara sepihak.
Kejadian ini memaksa negara-negara eksportir minyak membentuk “kartel minyak bumi dunia” yang dikenal dengan Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) yang awalnya beranggotakan Arab Saudi, Iran, Irak, Kuwait, dan Venezuela. Pembentukan kartel minyak bumi, OPEC bertujuan untuk melawan dugaan kartel The Seven Mayors dalam mengendalikan harga minyak dunia.
Situasi serupa juga dapat diamati pada proses pembentukan harga karet alam global yang dikendalikan oleh hanya beberapa pembeli (oligopsony), dalam hal ini beberapa perusahaan manufaktur ban mobil, sepeda motor, sepeda dan alas kaki. Dugaan abused of market power oleh beberapa pembeli membuat harga karet alam global mengalami penurunan secara drastis dalam beberapa tahun terakhir.
Dalam 20 tahun terakhir, harga karet alam sempat mencapai harga tertinggi pada 2011, sekitar US$4,82 atau setara dengan Rp72.936 per kilogram (kg). Namun, setelahnya harga karet alam global terus menurun hingga mencapai harga terendah US$1,17 atau setara dengan Rp17.704 per kg pada 31 Oktober 2022.
Lalu apa solusi yang dapat dilakukan oleh pemerintah Indonesia menstabilkan pasokan dan harga karet alam global? Sebagai negara pemegang keketuaan Asean 2023, pemerintah Indonesia dapat melakukan transformasi kelembagaan dan keanggotaan forum kerja sama karet internasional dalam mengatur pasokan serta harga karet alam global. Forum kerja sama ini melibatkan tiga negara Asean, yaitu Indonesia, Malaysia dan Thailand.
Transformasi kelembagaan dan keanggotaan International Tripartite Rubber Council (ITRC) diarahkan untuk berperan seperti OPEC dalam mengendalikan produksi minyak bumi dunia. ITRC perlu berganti nama sekaligus melibatkan lebih banyak negara produsen sehingga penguasaan pasarnya mencapai lebih 80% dari total produksi dan ekspor karet alam dunia.
Pembentukan “kartel karet alam dunia” beranggotakan negara-negara Asean yang menguasai lebih dari 80% produk karet alam dunia. Langkah ini bertujuan untuk menstabilkan harga karet alam di pasar global. Pengendalian harga dilakukan melalui pembatasan pasokan dengan menetapkan kuota ekspor bagi masing-masing negara produsen.