Bisnis.com, JAKARTA - Produsen keju cheddar merek Prochiz, PT Mulia Boga Raya Tbk. (KEJU) resmi melakukan perubahan komisaris melalui Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST).
Berdasarkan keterbukaan informasi di laman Bursa Efek Indonesia (BEI), keputusan rapat tersebut menyetujui pemberhentian dengan hormat komisaris perseroan Fransiskus Johny Soegiarto dan komisaris independen perseroan Djunaidi Halim.
RUPST tersebut sekaligus juga menyetujui untuk mengangkat E. Maurits Klavert selaku komisaris perseroan dan Maurits D. R. Lalisang selaku komisaris independen perseroan untuk masa jabatan lima tahun sejak tanggal pengangkatan hingga ditutupnya Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang akan diadakan pada 2028 mendatang.
"Memberikan kuasa dan wewenang kepada Direksi Perseroan, baik sendiri-sendiri maupun bersamasama dengan hak subtitusi untuk melakukan segala tindakan yang diperlukan berkaitan dengan keputusan mata acara Rapat ini, termasuk namun tidak terbatas pada menegaskan dan/atau menyusun kembali seluruh ketentuan Anggaran Dasar Perseroan ke dalam suatu akta notaris serta menyusun dan menyatakan kembali seluruh Anggaran Dasar dan menyampaikan kepada instansi yang berwenang," tulis manajemen dikutip Jumat, (14/4/2023).
Sebagai informasi, rapat tersebut telah dihadiri oleh pemegang saham dan/atau kuasa pemegang saham yang sah sebanyak 1,08 miliar saham yang memiliki suara yang sah, atau setara 72,62 persen dari total 1,50 miliar saham.
Dalam RUPST tersebut mekanisme pengambilan keputusan melalui musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, sehingga pengambilan keputusan dilakukan dengan pemungutan suara atau voting dengan jumlah suara setuju sebanyak 100 persen.
Baca Juga
Berikut susunan Dewan Komisaris dan Direksi KEJU:
Dewan Komisaris:
- Komisaris Utama: Hartono Atmadja sebagai
- Komisaris: Robert Chandrakelana Adjie
- Komisaris: Atiff Ibrahim Gill sebagai
- Komisaris: E. Maurits Klavert sebagai
- Komisaris Independen: Herbudianto
- Komisaris Independen: Maurits D. R. Lalisang
Direksi:
- Direktur Utama: Paulus Tedjosutikno
- Direktur: Peter Wiradjaja
- Direktur: Johannes Setiadharma
Pada RUPST yang digelar pada Rabu (12/4/2023) itu juga diputuskan bahwa KEJU akan membagikan 95,9 persen dari total laba tahun buku 2022 yang mencapai Rp117,37 miliar untuk dividen tunai.
Para pemegang saham menyetujui penggunaan laba sebesar Rp112,5 miliar sebagai dividen, sehingga setiap saham akan memperoleh Rp75.
KEJU tercatat membukukan laba bersih tahun berjalan sebesar Rp117,37 miliar pada 2022, turun 18,89 persen dibandingkan dengan 2021 yang menembus Rp144,70 miliar. Adapun dividen akan dibagikan secara tunai kepada seluruh pemegang saham yang tercatat dalam daftar pemegang saham (DPS) per 12 Mei 2023.
Direktur Utama Mulia Boga Raya Paulus Tedjosutikno mengatakan KEJU berhasil menjaga fundamental bisnis pada 2022 di tengah kondisi operasional yang penuh tantangan, khususnya dalam menghadapi kenaikan biaya bahan baku yang relatif tinggi dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Selain itu, KEJU juga melihat adanya perubahan perilaku konsumen saat pemulihan pandemi. Dia mengatakan masyarakat terlihat lebih memilih menghabiskan waktu untuk makan di luar dibandingkan dengan masak di rumah. Disrupsi preferensi ini turut berdampak ke kinerja KEJU sepanjang 2022.
“Namun berkat kerja keras dan dukungan strategi yang tepat, kami tetap mampu menciptakan kinerja yang baik atas beberapa rencana dan strategi yang telah dirumuskan dan disepakati. Pada 2022, kami berhasil mencatatkan angka penjualan yang relatif stabil sebesar Rp1,04 triliun, tumbuh 0,20 persen dari tahun sebelumnya,” kata Paulus.
Adapun kontribusi penjualan terbesar pada 2022 berasal dari produk keju blok yakni sekitar 80,56 persen dari total penjualan keseluruhan. Sementara itu, kategori keju lembaran memberikan kontribusi sebesar 16,5 persen.
Dibandingkan dengan penjualan 2021, penjualan keju blok tercatat mengalami penurunan sebesar 4,5 persen, sedangkan penjualan keju lembaran mengalami kenaikan sebesar 2,9 persen dibandingkan dengan 2021.
Berdasarkan segmen geografis, mayoritas penjualan menyasar pasar domestik yakni sebesar 91,5 persen, turun 2,1 persen daripada 2021. Meski demikian, kontribusi penjualan ekspor tercatat naik menjadi 8,5 persen.