Bisnis.com, JAKARTA – Perdagangan kontrak nikel di London Metal Exchange (LME) akhirnya dibuka kembali pada jam Asia, Senin (27/3/2023). Langkah ini menandai upaya penting dalam memperbaiki pasar setelah gejolak yang belum pernah terjadi sebelumnya pada tahun lalu.
Mengutip Bloomberg, Senin (27/3/2023), LME dibuka untuk bisnis pada pukul 01:00 waktu London, atau lebih dari setahun setelah LME menangguhkan perdagangan dan membatalkan kesepakatan bernilai miliaran dolar sebagai tanggapan atas tekanan singkat yang berpusat di sekitar produsen utama Tsingshan Holding Group Co.
Seperti diketahui, harga nikel sempat melonjak tajam 250 persen ke US$100.000 pada 8 Maret 2022. Ketika itu meroketnya harga nikel mengejutkan pasar lantaran lonjakan paling tajam terjadi selama perdagangan waktu Asia.
Penghenatian perdagangan oleh LME terjadi setelah investor dan pemain industri yang menjual logam, berebut membeli kontrak kembali setelah harga reli di tengah kekhawatiran pasokan dari Rusia.
Peristiwa itu mengingatkan pada periode tergelap LME setelah krisis timah pada 1985 yang menangguhkan perdagangan timah selama 4 tahun sehingga membuat banyak pialang gulung tikar.
Setahun berselang, LME sebenarnya berencana untuk melanjutkan perdagangan Asia seminggu yang lalu, tetapi menunda dimulainya kembali karena risiko volatilitas setelah ditemukan bahwa sejumlah kecil kargo di jaringan gudangnya mengandung batu, bukan nikel.
Baca Juga
LME mengatakan pada Kamis (23/3/2023) bahwa tidak ada masalah lebih lanjut yang teridentifikasi selama audit global nikel yang disimpan di tempat lain dalam jaringan pergudangannya.
LME berharap jam kerja yang diperluas akan meningkatkan volume perdagangan, dengan mempermudah arbitrasi antara kontrak London dan Shanghai. Aktivitas di pasar nikel tetap jauh di bawah tingkat sebelum krisis, dan kurangnya likuiditas telah menyebabkan perubahan harga yang terkadang tidak terkendali.
Harga nikel turun 0,2 persen pada Senin menjadi US$23.420 per ton pada pukul 8:55 waktu Shanghai. Nikel adalah kontrak dengan kinerja terburuk di LME sepanjang tahun ini, dengan penurunan lebih dari 21 persen.
Sebagai catatan, pembeli dan penjual logam di pasar fisik menggunakan kontrak LME sebagai tolok ukur harga, dan juga mengambil posisi di bursa untuk melakukan lindung nilai. Ini berarti berarti industri secara luas bergantung pada pasar LME, jika berfungsi dengan baik.
Kontrak nikel juga menghadapi tantangan yang lebih mendasar, karena bentuk logam olahan yang diperdagangkan di bursa menyumbang persentase kecil dan menyusut dari total produksi nikel dunia. Akibatnya, hubungan antara harga LME dan bahan yang sebenarnya dibeli dan dijual untuk membuat baja tahan karat atau baterai kendaraan listrik menjadi semakin tegang.
Namun, Tsingshan, sebagai produsen nikel semi-olahan dalam jumlah besar, kini sedang membangun pabrik di Indonesia untuk membuat logam jadi yang dapat dikirimkan melalui LME, yang dapat membantunya menghindari tekanan di masa mendatang.
Jika nikel olahan yang diproduksi oleh Tsingshan dan perusahaan China lainnya terdaftar untuk pengiriman di LME, hal itu juga dapat membantu menghidupkan kembali perdagangan di pasar nikel.
Beberapa pedagang menyatakan keraguan tentang apakah ekspansi Tsingshan akan benar-benar memberikan peningkatan volume yang signifikan, karena perdagangan di pasar nikel Shanghai telah terpukul sejak krisis.
LME pun telah membuat sejumlah perubahan pada aturannya sejak krisis Maret lalu, termasuk memberlakukan batasan harga harian.