Bisnis.com, JAKARTA - Emiten teknologi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) mencetak rugi bersih yang meningkat menjadi Rp40,5 triliun pada 2022. Lalu, bagaimana rekomendasi sahamnya?
Analis Ciptadana Sekuritas Gani dalam risetnya mengatakan peningkatan rugi bersih GOTO ini terjadi akibat goodwill impairment sebesar Rp11 triliun yang diasosiasikan ke merger Gojek dan Tokopedia, dan impairment dalam investasi ke JD.
Gani juga mencermati kerugian GOTO bertambah karena meningkatnya kompensasi berbasis saham karena penyesuaian turnover karyawan dan biaya restrukturisasi sebanyak satu kali.
"Beberapa biaya satu kali pada kuartal IV.2022 diperlukan, yang mencerminkan langkah konservatif GOTO untuk memiliki pembukuan yang lebih bersih ke depan. Terutama dengan targetnya menuju profitabilitas," ujar Gani, dikutip Kamis (23/3/2023).
Gani melanjutkan GOTO telah menunjukkan mereka akan melanjutkan program efisiensi dengan semua beban yang diperkirakan akan turun. Sebagai bagian dari hal tersebut, GOTO melakukan penutupan atau divestasi dan downscaling unit bisnis non-inti seperti penutupan Mitra Tokopedia.
Menurut Gani, program penyesuaian karyawan yang diumumkan pada November 2022 dan Maret 2023 akan berdampak penuh tahun ini dan akan membantu efisiensi biaya.
Baca Juga
Sementara itu, dalam persaingan, GOTO tidak melihat adanya perubahan lanskap persaingan karena narasi seluruh pemain dominan relatif sama dalam mengejar profitabilitas.
"GOTO saat ini tidak melihat pendatang baru baik di online delivery service Maxim dan e-commerce dengan TikTok Shop sebagai penantang potensial, karena mereka menawarkan layanan dan proposisi nilai yang berbeda," tutur Gani.
Selain itu, lanjutnya, GOTO juga menunjukkan pangsa pasar GOTO cukup stabil dan GOTO terus menjadi pemimpin pasar di ODS dan e-commerce.
Adapun Ciptadana Sekuritas mempertahankan rekomendasi beli terhadap saham GOTO, dengan target harga Rp190 per saham.
Sebelumnya pada Selasa (21/3/2023), saham GOTO ditutup menguat dengan naik 1,85 persen ke level 110. Saham GOTO bergerak di rentang Rp103-Rp111, dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp130,2 triliun.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.