Bisnis.com, JAKARTA -- Harga emas merosot pada akhir perdagangan pekan lalu karena para pedagang memperkirakan akan lebih banyak kenaikan suku bunga dari Federal Reserve menyusul data inflasi yang kuat.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman April di divisi Comex New York Exchange, tergelincir 0,09 persen menjadi US$1.850 dolar AS per ounce, Untuk minggu ini, kontrak berjangka turun 1,3 persen, kerugian mingguan ketiga berturut-turut.
Sejak data terbaru tentang inflasi muncul, pejabat Federal Reserve telah bersiap untuk periode suku bunga tinggi yang diperpanjang, termasuk kembali ke kenaikan 50 basis poin pada Maret, dengan mengatakan inflasi yang merayap membuat 25 basis poin menjadi kuantum yang bank sentral sepakati bulan ini tidak dapat dipertahankan.
"Kita perlu melanjutkan kenaikan suku bunga sampai kita melihat lebih banyak kemajuan," kata Gubernur Fed Michelle Bowman, Jumat (17/2/2023) dikutip dari Antara. “Inflasi masih terlalu tinggi. Tebakan Anda sama bagusnya dengan tebakan saya tentang apa yang terjadi selanjutnya dalam perekonomian."
Presiden Fed Richmond, Tom Barkin sependapat, mengatakan pengendalian inflasi akan membutuhkan lebih banyak kenaikan suku bunga. "Berapa banyak, kita harus lihat," tambahnya. "Saya menyukai jalur 25 basis poin karena saya yakin ini memberi kami fleksibilitas untuk merespons ekonomi."
Sementara itu, tim riset MIFX memperkirakan aksi profit taking investor terhadap dolar AS berpeluang menopang harga emas pada pekan ini. Mereka memperkirakan harga emas berpeluang dibeli untuk menguji level resistance US$1845 selama harga bertahan di atas level support US$1835.
Baca Juga
Namun, penurunan lebih rendah dari level support tersebut berpeluang memicu aksi jual terhadap harga emas menguji level support selanjutnya US$1830.