Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,55 persen ke level 6.888,75 pada perdagangan Selasa (3/1/2021), seiring dengan penguatan saham big cap TLKMdan BMRI.
Berdasarkan data RTI pukul 15.01 WIB, IHSG menguat 37,77 poin dan sempat mencapai level tertinggi 6.908 sepanjang sesi perdagangan. Adapun, level terendah IHSG hari ini berada di 6.838,57.
Kapitalisasi pasar naik ke Rp9.557,1 triliun dari Rp9.490 triliun pada penutupan kemarin. Terdapat 281 saham menguat, 252 saham berakhir di zona merah, dan 173 saham stagnan.
Kenaikan IHSG terutama disebabkan oleh menguatnya indeks sektor infrastruktur sebesar 1,97 persen, industri dasar 1,75 persen, kesehatan naik 1,51 persen, dan teknologi menguat 0,68 persen.
Beberapa sektor yang melemah adalah properti sebesar 0,50 persen dan finansial turun 0,13 persen.
Saham PT Alakasa Industrindo Tbk. (ALKA) menjadi pemimpin top gainer dengan kenaikan 24,70 persen sehingga parkir di Rp414 per saham. Kemudian disusul PT akbar Indo Makmur Stimec Tbk. (AIMS) yang naik 24,30 persen, dan HITS naik 23,94 persen.
Baca Juga
Di jajaran top 10 saham-saham berkapitalisasi besar, saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) memimpin kenaikan dengan apresiasi sebesar 1,58 persen. Kemudian disusul PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) masing-masing sebesar 0,76 persen dan 0,54 persen.
Saham batu bara milik Low Tuck Kwong PT Bayan Resources Tbk. (BYAN) juga menguat dengan kenaikan sebesar 0,24 persen sehingga parkir di Rp21.300 per saham.
Adapun saham big cap yang melemah di antaranya adalah ADRO turun 1,95 persen, TPIA turun 1,59 persen, dan ASII turun 0,88 persen.
Phintraco Sekuritas sebelumnya memperkirakan IHSG bakal menguat setelah mayoritas indeks Eropa ditutup hijau di perdagangan hari pertama Senin (2/1/2023) waktu setempat. IHSG berpeluang menguji pivot 6.850, sebelum dapat melanjutkan penguatan ke kisaran 6.900–6.930.
Dari dalam negeri, inflasi Indonesia naik menjadi 5,51 persen yoy di Desember 2022 atau lebih tinggi dari perkiraan di 5,39 persen yoy. Meski demikian, level inflasi yang cenderung terjaga di bawah 6 persen yoy pasca kenaikan harga BBM di September 2022 menjadi sentimen positif bagi pasar modal Indonesia di awal tahun 2023 ini.
“Pasalnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia diyakini masih bisa tumbuh di 5 persen yoy atau sedikit di atas level itu di 2022,” tulis Phintraco dalam riset.