Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Dibuka Melemah terhadap Dolar AS, Masih di Level Rp15.700

Berdasarkan data Bloomberg pada pukul 09.02 WIB, nilai tukar rupiah dibuka melemah 15 poin atau turun 0,10 persen sehingga berada di posisi Rp15.727 per dolar.
Pegawai merapikan uang Rupiah di kantor cabang BNI, Jakarta, Rabu (28/9/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai merapikan uang Rupiah di kantor cabang BNI, Jakarta, Rabu (28/9/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka melemah pada perdagangan Selasa (22/11/2022).

Berdasarkan data Bloomberg pada pukul 09.02 WIB, nilai tukar rupiah dibuka melemah 15 poin atau turun 0,10 persen sehingga berada di posisi Rp15.727 per dolar AS. Sementara itu, Indeks dolar AS terpantau melemah 0,20 persen atau turun 0,220 poin ke 107,49.

Sementara itu, mata uang lain di kawasan Asia juga terpantau bergerak bervariatif terhadap dolar AS pada perdagangan pagi ini. Baht Thailand memimpin kenaikan dengan penguatan 0,30 persen. Kemudian disusul yen Jepang yang menguat 0,22 persen terhadap greenback. Yuan China juga menguat 0,16 persen pada perdagangan pagi ini.

Di sisi lain, pelemahan terdalam terjadi pada rupee India yang turun 0,20 persen, won Korea Selatan melemah 0,10 persen, kemudian peso Filipina yang melemah 0,03 persen.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan salah satu penyebab menguatnya nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang di dunia adalah adanya peningkatan kasus Covid-19 dan pengetatan pembatasan di beberapa kota dengan perekonomian besar.

Meningkatnya kasus Covid-19 membuat adanya keraguan akan dilonggarkannya pembatasan aktivias masyarakat. Beijing melaporkan adanya dua kematian akibat Covid-19 pada 20 November 2022.

Hal lain yang menjadi sentimen global menguatnya dolar AS adalah potensi krisis nuklir dalam konflik Rusia-Ukraina di tengah penembakan pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhya Ukraina. Sentimen ini lantas mendorong aliran safe haven ke dalam dolar, kemudian prospek dolar juga terdongkrak oleh adanya sinyal hawkish dari bank sentral AS atau the Fed pada pekan lalu.

"Investor akan sangat tertarik dengan risalah dari pertemuan November Fed yang akan dirilis pada hari Rabu untuk setiap petunjuk tentang bagaimana pejabat tinggi pada akhirnya berharap untuk menaikkan suku bunga," ujar Ibrahim dalam risetnya pada Senin (21/11/2022).

Dari dalam negeri, naiknya suku bunga acuan dari Bank Indonesia (BI) menjadi 5,25 persen jelas berdampak negatif bagi perekonomian Indonesia. Dampak yang paling terasa dengan kenaikan suku bunga adalah naiknya suku bunga kredit perbankan dan lembaga keuangan.

Adanya kenaikan suku bunga kredit paling dirasakan oleh pelaku industri lantaran meningkatkan biaya modal. Padahal selama ini mereka sudah terbebani oleh kenaikan harga input produksi dan energi.

Ibrahim menyebut pemerintah perlu membuat kebijakan yang dapat meredam efek kenaikan suku bunga baik dari sisi supply maupun demand. Pemerintah dapat memberikan relaksasi terhadap pungutan yang menjadi beban pelaku industri.

Selain itu, melalui kebijakan fiskal pemerintah dapat memberikan relaksasi pajak berupa tax holiday dan memberikan subsidi suku bunga khusus untuk sektor padat karya. Hal ini dinilai dapat mengurangi beban biaya modal yang meningkat akibat kenaikan suku bunga.

"Dengan adanya insentif dari pemerintah, maka memangkas biaya modal, sehingga diharapkan tidak perlu lagi efisiensi dari sumber daya manusia, alias melakukan PHK. Kemudian dari sisi demand, pemerintah diminta terus menggelontorkan program jaring pengaman sosial untuk menjaga daya beli masyarakat. Misalnya Bansos, BSU dan BLT," jelas Ibrahim.

Ibrahim memproyeksikan rupiah akan dibuka berfluktuatif pada perdagangan hari ini. Namun, cenderung ditutup melemah pada rentang Rp15.700—Rp15.760.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper