Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

China Lanjutkan Lockdown, Harga Tembaga Anjlok 2,3 Persen

Harga tembaga merosot akibat komitmen China melanjutkan kebijakan lockdown.
Harga tembaga merosot akibat komitmen China melanjutkan kebijakan lockdown. Bloomberg-Andrey Rudakov
Harga tembaga merosot akibat komitmen China melanjutkan kebijakan lockdown. Bloomberg-Andrey Rudakov

Bisnis.com, JAKARTA – Harga tembaga terkoreksi ke level terendahnya dalam sepekan seiring dengan komitmen China melanjutkan kebijakan zero Covidnya dan melakukan lockdown.

Berdasarkan data Bloomberg pada Selasa (8/11/2022), harga tembaga anjlok 2,3 persen ke level US$7.914,50 per ton di London Metal Exchange (LME). Koreksi harga juga terjadi pada alumunium yang menurun 0,8 persen, sementara itu harga seng menguat dan nikel melemah.

Pada Sabtu pekan lalu, Pemerintah China menegaskan komitmennya untuk melakukan lockdown ketat untuk mencegah penyebaran virus corona. Hal tersebut memicu koreksi harga di pasar logam dasar setelah sempat menguat pekan lalu.

Sebelumnya, harga komoditas dan pasar saham sempat naik setelah adanya spekulasi pemerintah China akan melonggarkan kebijakan lockdownnya.

Kebijakan ketat pemerintah China berimbas pada turunnya tingkat permintaan pada pasar logam dasar seperti tembaga. Pelemahan di pasar properti serta lonjakan suku bunga acuan dari The Fed turut menekan prospek permintaan tembaga.

Sebagai informasi, China merupakan negara konsumen tembaga terbesar di dunia. Laporan riset dari Jinrui Futures menyebutkan, harga tembaga gagal mengatasi optimisme pasar yang berlebihan terkait potensi pelonggaran lockdown China.

“Meski demikian, kemunduran harga kemungkinan hanya berlangsung singkat menyusul pernyataan pejabat pemerintah China bahwa beberapa pembatasan yang berlebihan akan dikurangi,” demikian kutipan laporan tersebut.

Adapun, penurunan data impor dan ekspor China yang tidak terduga pada Senin kemarin juga ikut menekan outlook permintaan tembaga dari negara tersebut. Seiring dengan hal tersebut, impor bijih tembaga dan tembaga yang tidak ditempa (unwrought copper) pun turut menurun.

Analis Liberum Capital Tom Price menjelaskan, saat ini merupakan fase terlemah dari perdagangan komoditas global.

“Pelonggaran lockdown jelang musim dingin di tengah kenaikan infeksi Covid di China sepertinya tidak rasional untuk investor – investor yang bullish pada tembaga,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper