Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Top 5 News Bisnisindonesia.id: Prospek IHSG November hingga Tantangan Bank

Beragam kabar ekonomi dan bisnis yang dikemas secara mendalam dan analitik juga tersaji dari meja redaksi BisnisIndonesia.id pada Selasa (1/11/2022).
Pegawai mengamati layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (27/10/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai mengamati layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (27/10/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Setelah menutup Oktober 2022 dengan kinerja yang penuh gejolak, indeks harga saham gabungan (IHSG) berpeluang untuk melanjutkan penguatan pada November 2022 mendatang, seiring dengan rilis laporan kinerja emiten periode 9 bulan 2022 yang cukup tangguh.

Berita tentang prospek IHSG November 2022 menjadi salah satu berita pilihan editor BisnisIndonesia.id.

Selain berita tersebut, beragam kabar ekonomi dan bisnis yang dikemas secara mendalam dan analitik juga tersaji dari meja redaksi BisnisIndonesia.id.

Berikut ini highlight BisnisIndonesia.id, Selasa (1/11/2022):

1. Prospek IHSG November 2022, Penguatan Belum Berakhir

Setelah menutup Oktober 2022 dengan kinerja yang penuh gejolak, indeks harga saham gabungan (IHSG) berpeluang untuk melanjutkan penguatan pada November 2022 mendatang, seiring dengan rilis laporan kinerja emiten periode 9 bulan 2022 yang cukup tangguh.

IHSG ditutup perkasa hari ini, hari terakhir Oktober 2022, Senin (31/10), yakni di level 7.098,89. Level tersebut tercatat meningkat 0,61 persen dibanding penutupan akhir pekan lalu. Selama sebulan terakhir, IHSG tercatat masih meningkat 1,27 persen.

Sepanjang Oktober 2022, IHSG sempat anjlok hingga ke posisi 6.814,53 pada Jumat (14/10), setelah mengalami pelemahan selama 6 hari berturut-turut. Namun, setelahnya, IHSG kembali menghijau selama 6 hari berturut-turut juga.

Equity Analyst Indo Premier Sekuritas, Angga Septianus, mengatakan bahwa sentimen positif dari dalam negeri yang menjadi penopang IHSG yakni kuatnya kinerja keuangan emiten pada kuartal III/2022. Menurutnya, laba bersih sektor perbankan yang naik cukup tinggi menjadi penopang penguatan IHSG .

“Rilis kinerja kuartal III/2022 dari emiten-emiten besar terutama banking yang ternyata mengalami lonjakan laba bersih yang cukup masif menjadi angin segar untuk market karena adanya kemungkinan pembagian dividen lebih besar dan tentu saja tren kenaikan kinerja yang kemungkinan masih berlanjut,” ungkapnya dalam riset harian, Senin (31/10).

2. Kasus Obat Sirop, BPOM Temukan Bukti Tindak Pidana 2 Perusahaan

Dua produsen obat sirop, PT Yarindo Farmatama dan PT Universal Pharmaceutical Industries, diduga melakukan tindak pidana usai ditemukan bukti penggunaan zat pelarut yang mengandung etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG) di atas ambang batas.

Penggunaan senyawa ini dalam berbagai sediaan obat diduga menjadi penyebab utama dari kasus gangguan ginjal progresif atipikal pada anak-anak di Indonesia.

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K. Lukito menyampaikan pihaknya bersama Bareskrim Polri menemukan bukti baru yang mengarah kepada pelanggaran perusahaan farmasi setelah melakukan penyidikan sejak 24 Oktober 2022 lalu.

Kedua perusahaan tersebut, yakni Perusahaan Yarindo Farmatama yang dimaksud adalah yang beralamat di Cikande, Serang, Banten, serta Universal Pharmaceutical Industries yang beralamat di Tanjung Mulya, Medan, Sumatera Utara.

Pihak penyidik mendapati adanya temuan bahan baku pelarut propilen glikol dalam bentuk produk jadi serta bahan pengemas yang diduga terkait dengan pembuatan produk sirop obat.

 

3. Mengukur Inflasi Oktober, Mewaspadai Lonjakan Inflasi Inti!

Inflasi Oktober diperkirakan sedikit lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada September 2022. Di sisi lain, inflasi inti diprediksi masih akan menguat. Bank Indonesia mendapat mandat untuk menjaga inflasi tetap di level target. Kondisi global saat ini menempatkan penanganan pertumbuhan ekonomi yang melambat sebagai prioritas kedua, setelah penanganan inflasi.

Bank Indonesia memproyeksikan inflasi Oktober 2022 turun tipis menjadi 5,8 persen. Sebelumnya pada September inflasi tercatat sebesar 5,95 persen.

“Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu IV Oktober 2022, perkembangan harga sampai dengan minggu keempat Oktober 2022 diperkirakan inflasi sebesar 0,05 persen mtm,” ujar Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam keterangan resmi, dikutip Bisnis, Minggu (30/10/2022).

Komoditas penyumbang inflasi Oktober 2022 sampai dengan minggu keempat adalah bensin sebesar 0,05 persen mtm, tarif angkutan dalam kota sebesar 0,04 persen mtm, dan tahu mentah sebesar 0,02 persen mtm. 

Top 5 News Bisnisindonesia.id: Prospek IHSG November hingga Tantangan Bank

4. Pasang Mata & Pertimbangan Multifinance Cari Dana Lewat Obligasi

Pemain pembiayaan dari multifinance swasta hingga lembaga pembiayaan pelat merah mempertimbangkan kembali meraup pendanaan dari pasar modal pada awal tahun depan. 

Sebagian besar pelaku industri cenderung pasang mata, memetakan kondisi permintaan pembiayaan pada 2023. Terlebih, saat ini era suku bunga murah sudah berakhir. Pertimbangan yang lebih matang diperlukan untuk merealisasikan rencana penerbitan obligasi maupun sukuk. 

Perusahaan pembiayaan mikro pelat merah PT Permodalan Nasional Madani (PNM) menjadi salah satu contoh pemain pembiayaan yang tengah mempertimbangkan menunda penerbitan obligasi dan sukuk ke awal 2023, dari rencana sebelumnya terealisasi pada akhir tahun ini. 

Direktur Utama PNM Arief Mulyadi sebelumnya mengatakan bahwa penerbitan surat utang, terutama sukuk, merupakan jawaban atas permintaan pinjaman skema syariah yang meningkat, serta sejalan dengan tugas pemerintah untuk memperluas program Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar). 

 

5. Daya Tahan Perbankan Hadapi Turbulensi 2023

Industri perbankan diperkirakan menghadapi sederet tantangan pada 2023, mulai dari kenaikan tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia hingga bayang-bayang resesi global. Di tengah kondisi ini, sejauh mana bank mampu bertahan menghadapi tekanan?

Tantangan pertama hadir melalui kenaikan suku bunga acuan atau BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR). Sepanjang Agustus – Oktober 2022, Bank Indonesia telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 1,25 persen menjadi 4,75 persen.

Menurut Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira, kenaikan suku bunga acuan menjadi tekanan bagi perbankan untuk segera menaikkan suku bunga simpanan.

Meski sebagian bank masih memiliki likuiditas yang cukup tebal, ada risiko beberapa deposan kakap bergeser mencari bank lain yang menawarkan bunga di atas inflasi. Oleh karena itu, mereka harus tetap mempertimbangkan opsi menaikkan suku bunga untuk menjaga nasabah penabung.

“Sekarang inflasi hampir 6 persen dan bisa bertahan cukup lama, sementara bunga deposito rata-rata hanya berkisar 3 – 5 persen untuk 12 bulan, sehingga kurang menarik bagi deposan,” ujar Bhima kepada Bisnis, pekan lalu.

Bhima menilai spread antara bunga deposito dan inflasi perlu diperlebar. Risiko di sektor riil juga meningkat sejalan dengan alarm resesi ekonomi. Risiko kredit naik, bunga kredit juga meninggi sehingga tantangan bagi bank tidak hanya datang suku bunga acuan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Yanita Petriella
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper