Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Efek Indonesia (BEI) akan fokus mengembangkan produk-produk eksisting serta memperkenalkan instrumen investasi baru pada tahun 2023 mendatang. Pengembangan produk waran terstruktur dan perilisan beberapa indeks anyar telah disiapkan.
Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik menuturkan BEI telah menyiapkan sejumlah produk baru yang akan diperkenalkan serta pengembangan produk eksisting pada 2023. Salah satu fokus BEI adalah mengembangkan produk waran terstruktur atau structured warrant.
Jeffrey memaparkan, sejauh ini sebanyak 1 sekuritas melakukan penerbitan 3 waran terstruktur dengan aset dasar saham ADRO, BBRI, dan UNVR. BEI berharap anggota bursa yang menerbitkan produk ini semakin banyak pada tahun depan.
“Saat ini sudah ada 3 anggota bursa yang ada di pipeline BEI tengah bersiap untuk bisa ikut menerbitkan waran terstruktur dengan paling tidak lebih dari 10 seri waran terstruktur yang bisa diterbitkan,” jelas Jeffrey dalam konferensi pers virtual setelah Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) BEI, Rabu (26/10/2022).
Selain itu, BEI juga akan melanjutkan pengembangan Exchange Traded Funds (ETF) serta peluncuran indeks-indeks baru terutama yang berbasis syariah dan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG).
Kemudian, BEI juga bersiap memperkenalkan beberapa produk lain seperti single stock futures atau kontrak berjangka saham individual dan perdagangan karbon (carbon trading). Terkait perdagangan karbon, Jeffrey mengatakan BEI telah resmi menggandeng PT Pertamina (Persero) untuk bekerja sama dalam pelaksanaan perdagangannya belum lama ini.
Baca Juga
“Kami juga akan melanjutkan pengembangan Sistem Penyelenggara Pasar Alternatif (SPPA) agar bisa ada transaksi repo di SPPA,” lanjutnya.
Adapun, BEI juga menargetkan pertumbuhan investor pasar modal sekitar 35 persen pada 2023. Ia menuturkan, secara year to date, pertumbuhan investor pasar modal tahun ini telah mencapai 30,2 persen.
“Pertumbuhan investor pasar modal kami targetkan setidaknya 35 persen tahun depan,” katanya.
Berdasarkan data dari Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) jumlah investor pasar modal mencapai 9,77 juta pada September 2022. Jumlah tersebut naik 2,48 persen dibandingkan Agustus 2022 sebesar 9,54 juta.
Dari jumlah tersebut, jumlah investor saham tercatat sebanyak 4,22 juta, sementara investor reksa dana tercatat sebanyak 9,09 juta. Selanjutnya, investor surat berharga negara atau SBN tercatat sebanyak 783.273 investor.