Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Dibuka Melemah terhadap Dolar AS, Kembali Sentuh Rp15.200

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka melemah pada perdagangan hari ini, Jumat (7/10/2022).
Petugas menunjukan uang pecahan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Selasa (4/10/2022). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Petugas menunjukan uang pecahan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Selasa (4/10/2022). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka melemah pada perdagangan hari ini, Jumat (7/10/2022).

Berdasarkan data Bloomberg pada pukul 09.05 WIB, nilai tukar rupiah dibuka melemah 54,0 poin atau turun 0,36 persen sehingga berada di posisi Rp15.241 per dolar AS. Sementara itu, Indeks dolar AS terpantau turun 0,05 persen atau 0,058 poin ke level 112,12.

Mata uang lain di kawasan Asia juga terpantau melemah terhadap dolar AS pada pembukaan hari ini. Hanya yen Jepang yang menguat tipis 0,06 persen terhadap greenback.

Pelemahan terdalam terjadi pada won Korea Selatan yang melemah 0,55 persen, kemudian disusul rupee India melemah 0,45 persen terhadap dolar AS. Peso Filipina terpantau melemah 0,37 persen dan ringgit Malaysia turun 0,31 persen terhadap dolar AS.

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memperkirakan rupiah dibuka berfluktuatif pada perdagangan hari ini, tetapi melemah di rentang Rp15.170—Rp15.230 per dolar AS.

Pada penutupan perdagangan Kamis (6/10/2022), dia menyebutkan indeks dolar menguat setelah pejabat tinggi Federal Reserve memperingatkan bahwa bank sentral AS belum akan mengakhiri siklus kenaikan suku bunganya.

Dari sisi internal, Pemerintah masih dapat membuka opsi untuk menambah defisit anggaran. Misalnya menjadi 2,9 persen atau bahkan 2,95 persen terhadap PDB untuk mengakomodasi belanja yang diperlukan, sehingga laju inflasi berpotensi meningkat pada Oktober 2022 sejalan dengan imbas dari kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM)

Hal ini berdampak terhadap laju inflasi pada September naik 1,17 persen month on month (mom). Ini merupakan rekor inflasi bulanan tertinggi sejak Desember 2014. 

Secara tahunan inflasi tercatat 5,95% year on year (yoy). Ke depan, tekanan inflasi diperkirakan meningkat, akibat dampak lanjutan (second round effect) dari penyesuaian BBM bersubsidi, tekanan inflasi dari sisi permintaan yang tinggi, dan masih tingginya harga energi dan pangan global.

Beberapa komoditas pangan, turut menyumbang inflasi pada September. Terutama komoditas cabai merah, telur ayam ras, minyak goreng, cabai rawit, hingga beras. Kabar baiknya, ada juga komoditas pangan yang menghambat inflasi bulan lalu. Misalnya bawang merah, meski andil deflasi hanya 0,05 persen.

Dengan berbagai perkembangan tersebut diperkirakan mendorong inflasi 2022 melebihi batas atas sasaran 3 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper